Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sertifikasi Kosmetik Herbal Indonesia Tidak Diakui Negara Lain

Sertifikasi Kosmetik Herbal Indonesia Tidak Diakui Negara Lain
Ilustrasi - Kosmetik/whattefun.om
Ilustrasi - Kosmetik/whattefun.om

Bisnis.com, JAKARTA - Produsen kosmetik dan obat herbal nasional menyatakan sertifikasi organik atas barang kosmetik dan obat herbal Indonesia tidak diakui oleh sejumlah negara pembeli di Eropa.

Nuning S. Barwa, Corporate Social Responsibility Director Martha Tilaar Group of Companies, mengatakan hingga saat ini kredibilitas lembaga sertifikasi organik dalam negeri masih diragukan kualitasnya, sehingga, produsen mengurus sertifikasi barang di lembaga internasional.

Daripada kami urus sertifikasi di dalam negeri kemudian tidak diakui oleh negara pembeli, lebih baik kami langsung mengambil sertifikasi di luar negeri. Sejumlah lembaga sertifikasi organik eropa seperti ecocert dan Michelin, tuturnya di Jakarta, Rabu (15/4/2015).

Menurutnya, pemerintah Indonesia harus meningkatkan kredibilitas lembaga sertifikasi yang dimiliki. Lembaga sertifikasi dalam negeri harus menyetarakan standar penilaian barang tertentu khususnya obat herbal dan kosmetik organik dengan lembaga internasional.

Nuning mengatakan, setiap lembaga sertifikasi internasional memiliki standar penilaian yang berbeda. Dengan demikian, pembeli barang telah mengajukan parameter pengujian standardisasi.

Menurutnya, untuk konsumen dalam negeri hingga kini belum memperhatikan lembaga sertifikasi atas suatu produk. Hal itu berbeda dengan konsumen internasional yang telah sangat selektif dalam menggunakan barang organik.

Saat ini, komposisi penjualan Martha Tilaar Group ke pasar ekspor mencapai 10% dari total produksi. Pertumbuhan permintaan dari luar negeri setiap tahun cenderung meningkat cukup signifikan. Dengan demikian, jumlah produk yang disertifikasi internasional hampir mencapai 100 jenis.

Sertifikasi internasional itu mahal. Karena untuk mengundang penguji, perusahaan juga harus memfasilitasi seluruh akomodasi. Penguji melihat keseluruhan produksi, dari cara tanam bahan baku hingga kemasan, tuturnya.

Dia mengatakan, mayoritas produsen kosmetik dalam negeri saat ini berbasis bahan kimia dan berfungsi sebagai formulasi. Sebanyak 90% bahan baku atas produsen ini didapatkan melalui impor. Oleh karena itu, pemerintah harus mendorong produsen dalam negeri menggunakan bahan baku natural.

Penggunaan bahan baku natural dalam negeri, lanjutnya, selain memberdayakan petani, juga meningkatkan daya tahan industri ketika nilai tukar rupiah tengah melemah. Kendati demikian, nilai investasi atas pendirian industri bahan baku natural ini tergolong tinggi.

Sejumlah negara seperti Malaysia dan Thailand, menurutnya membuatkan skema penyerapan produksi bahan baku nasional. Dalam skema ini, pasokan barang dari produsen bahan baku lokal secara otomatis disalurkan kepada industri barang jadi.

Selain itu, kedua negara juga memberikan bantun dana kepada swasta dengan memberi tenggat waktu pengembalian investasi. Dengan skema ini, produsen lokal terbukti terpacu untuk mempercepat penjualan untuk mengembalikan modal investasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper