Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gobel: Kerja Sama dengan Apindo Penting untuk Hadapi MEA 2015

Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menyebutkan, MoU antara Kemendag dan Apindo pada Senin (13/4/2015) merupakan kelanjutan Mou sebelumnya yang sudah ditandatangani pada 2010.
Ilustrasi/Colourbox.com
Ilustrasi/Colourbox.com

Bisnis.com, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menyebutkan, MoU antara Kemendag dan Apindo pada Senin (13/4/2015) merupakan kelanjutan Mou sebelumnya yang sudah ditandatangani pada 2010.

Namun, nota kesepahaman kali ini menjadi semakin penting menjelang era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.

“Penandatanganan ini semakin penting karena memang per 1 Januari 2016  semua negara Asean akan melaksanakan kesepatakan yang sudah tertuang dalam MEA. Di mana seluruh pengusaha kita harus sudah siap bertarung untuk bisa menjadi pemenang ketika MEA ini dilaksanakan,” kata Rachmat.

Rachmat menyebutkan, surplus perdagangan Indonesia di kawasan Asean hanya terjadi dengan Filipina, Kamboja, dan Myanmar. Sementara dengan negara lainnya mengalami defisit.

Jika hal tersebut tidak ditindaklanjuti dengan baik, Indonesia hanya akan menjadi pasar saja bagi negara-negara anggota Asean lainnya. Padahal MEA hanya merupakan langkah awal sebelum memasuki era perdagangan bebas lainnya.

Peran pengusaha, sambung Rachmat, menjadi salah satu syarat bagi Indonesia untuk mencapai target tersebut.

Selain itu, juga untuk mencapai  target ekspor ke negara-negara lainnya di seluruh dunia.

Kementerian Perdagangan menargetkan nilai ekspor pada 2019 mencapai US$458 miliar.

“Harapan saya dengan Apindo, setelah tandatangani ini, kita bisa segera  membuat peta persoalan apa saja yang menghambat, untuk kita bisa meningkatkan ekspor dan untuk membangun daya saing industri. Juga untuk bisa memperkuat pasar domestik kita sendiri,” ujarnya.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Nus Nuzulia Ishak menyebutkan, tahun ini komoditas ekspor Indonesia masih didominasi oleh sepuluh produk utama, seperti minyak sawit, kemudian tekstil dan produk tekstil, elektronik, karet dan produk karet, produk kayu, produk kimia, produk besi dan baja, mesin-mesin, produk makanan olahan, dan otomotif.

Terkait MEA, Nus menyebutkan, Indonesia dituntut dapat menciptakan pengusaha-pengusaha baru. Saat ini jumlah pengusaha Indonesia pada 2014 hanya mencapai 1,6% dari total penduduk Indonesia.

Angka tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan negara lainnya, seperti Singapura yang memiliki 7% pengusaha dari total penduduknya, Amerika Serikat memiliki 12%, serta Tiongkok dan Jepang yang memiliki 10% dari total penduduknya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Avisena
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper