Bisnis.com, JAKARTA -- Kepala Ekonom World Bank untuk Indonesia Ndiame Diop menilai pelonggaran moneter dalam waktu dekat ini akan sangat beresiko bagi aliran dana masuk, terutama melalui portofolio.
"Dunia sedang menantikan kenaikanFed funds rate yang diperkirakan sekitar akhir 2015," kata Diop baru-baru ini.
Menurutnya, keputusan bank sentral akan sangat dipengaruhi oleh kondisi eksternal, utamanya yang berasal dari Amerika Serikat. Demi menjaga aliran modal yang masuk ke pasar domestik, Indonesia harus menjaga selisih (spread) dengan AS, dan memberikan premi yang menguntungkan.
Pada gilirannya hal tersebut juga akan ikut menentukan posisi dan fluktuasi nilai tukar yang belakangan terombang-ambing pada kisaran Rp13.000 per dolar AS di tengah perbaikan ekonomi AS yang kian menguat.
Dalam rapat dewan gubernur BI terakhir, bank sentral memutuskan untuk menahan BI rate pada level 7,5% setelah pada bulan sebelumnya memangkas suku bunga acuan dari leve 7,75% menjadi 7,5%.
Di sisi lain, saat ini konsensus ekonom memproyeksikan suku bunga acuan AS akan mulai naik dari level ultrarendah 0,25% pada rentang Juni-September 2015 seiring dengan menguatnya sektor ketenagakerjaan Negeri Paman Sam.