Bisnis.com, JAKARTA – PT Berdikari menargetkan pendapatan perusahaan bisa meningkat 33,3% pada tahun ini sebesar RP900 miliar dibandingkan capaian tahun lalu Rp600 miliar.
PT Berdikari merupakan BUMN peternakan terintegrasi yang memiliki bisnis dari hulu sampai hilir, mulai dari pembibitan, pengembangbiakan, penggemukan hingga pengolahan.
Direktur Utama PT Berdikari Librato El Arif mengatakan kenaikan target tersebut dicanangkan pihaknya dengan masif mengembangkan industri hilir yakni peningkatan produksi daging beku pada tahun ini.
Tahun lalu, Arif menjelaskan produksi daging beku perusahaan pelat merah itu mencapai 5.000 ton. Dengan program pembelian sapi dari peternak, dia mengharapkan produksi daging beku dapat meningkat 30% atau menjadi 6.500 ton.
“Kalau tahun lalu banyak yang kita produksi sendiri, tahun ini kita akan beli sapi peternak untuk masuk ke pengolahan sehingga taksiran bisa naik 30%,” katanya, seperti dikutip Bisnis, (18/3/2015).
Dia mengatakan hal tersebut sinergis dengan keinginan pemerintah untuk menggalakkan distribusi bentuk daging sapi dibandingkan sapi hidup untuk menekan biaya dan konsumsi yang lebih sehat.
Pasalnya, pengiriman sapi hidup dinilai tidak ekonomis dibandingkan dengan langsung mengolahnya menjadi daging. Selain tidak ada jaminan kerugian dari pengangkutan sapi, berat badan sapi juga akan hilang 30% dalam setiap pengangkutan.
Saat ini, Arif mengatakan industri pembibitan masih belum terlalu menguntungkan dikarenakan beberapa faktor, seperti lamanya break event point, pengenaan bea masuk untuk sapi indukan dan bibit sebesar 5% dan tingginya biaya pakan yang harus dikeluarkan.
Sehingga, pengembangan industri hilir secara masif akan lebih menguntungkan perusahaan itu untuk melakukan subsidi silang apabila sektor pembibitan memiliki margin keuntungan yang kecil.
“Jadi kita perbaiki dari hilir dulu baru ke hilir. Nanti misalnya hulu agak sulit, kita bisa subsidi silang dari hilir ini,” katanya.
Saat ini, populasi keseluruhan sapi PT Berdikari mencapai 15.000 ekor. Untuk sapi indukan 80% sapi jenis lokal masih mendominasi dengan jenisnya Sapi Bali, Brahman keturunan Indonesia dan juga sapi ex-impor.
Tahun ini, pihaknya menargetkan akan mengimpor 2.000 sapi bibit asal Australia untuk memperkuat pembibitan. Meski demikian, dia mengeluhkan tingginya harga jual sapi Australia yakni sekitar US$2,9 per kg.
“Kita tetap ingin memperbanyak populasi tapi pembibitan ini memang masih rugi,” katanya.