Bisnis.com, JAKARTA - Proyek Pelabuhan Cilamaya jika terus dipaksakan direalisasi semakin memperburuk nasib petani, karena pasokan pupuk Urea terhenti.
"Akibatnya sangat luar biasa. Petani di Jawa Barat, termasuk Karawang yang selama ini menjadi lumbung padi nasional akan menjerit. Mereka tidak mendapatkan lagi pupuk yang sangat dibutuhkan," ujar Direktur Produksi Teknik dan Pengembangan PT Pupuk Kujang Dana Sudjana.
Dia menjelaskan selama ini kebutuhan Urea petani Jawa Barat dipasok oleh Pupuk Kujang. Pasokan sekitar 600 ribu ton per tahun sebagai Urea subsidi. Hal itu akan mengganggu program pemerintah terkait dengan kedaulatan pangan.
Menurutnya, pembangunan Pelabuhan Cilamaya akan berdampak sangat serius bagi banyak pihak. Bagi Pupuk Kujang akan mengakibatkan pasokan gas yang selama ini diperoleh dari Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE-ONWJ) turut terhenti.
"Karena tidak ada pasokan gas yang menjadi bahan baku pembuatan pupuk Urea, otomatis produksi Urea Pupuk Kujang terhenti."
Dampak luar biasa itu bukan hanya bagi petani dan ketahanan pangan nasional, selain itu karyawan dan keluarga, pedagang/pemasok pupuk, serta stakeholders lain.
"Karena jika Pupuk Kujang berhenti berproduksi, sudah dipastikan akan terjadi pula multiplier effect sangat serius," ungkapnya.
Dia menambahkan banyak industri lain sepanjang jalur pipa gas sampai dengan Cilegon akan merasakan dampak yang sama. Pengguna gas bukan hanya Pupuk Kujang.
Dana menyarankan pemerintah agar memindahkan rencana pembangunan pelabuhan ke tempat lain yang tidak mempunyai dampak terhadap infrastruktur gas di sekitar Cilamaya.