Bisnis.com, SEMARANG – Para pelaku usaha komoditas kayu dan barang dari kayu dinilai perlu menyiapkan strategi khusus dalam menghadapi kecenderungan penurunan ekspor produk pada tahun ini.
Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Jawa Tengah Erie Sasmito menuturkan para pelaku usaha diharapkan mampu memperkuat produk dan strategi pemasaran agar bisa bersaing dengan produsen dari negara lainnya.
Dia menyebutkan produsen asal China dan Vietnam akan menjadi lawan yang tangguh bagi pelaku usaha di sektor kayu dan barang kayu Indonesia.
“Kita harus siapkan marketing, lebih bekerja keras juga dari sisi produk, agar mampu bersaing dengan Vietnam dan China,” ujarnya kepada Bisnis.com, (16/3/2015).
Erie menuturkan para pelaku usaha dituntut untuk lebih kreatif dari sisi produk. Selain itu, jelasnya, pengusaha barang kayu diharapkan lebih mendorong ekspor produk-produk spesifik.
“Jadi pasarnya lebih spesifik dan nilai jual lebih bagus. Kami mendorong teman- produk kreatif,” ungkapnya.
Strategi tersebut diperlukan karena saat ini kondisi pelemahan mata uang di sejumlah negara tujuan ekspor produk mebel diperkirakan semakin menekan laju ekspor komoditas kayu dan barang kayu Jawa Tengah, setelah terkena dampak penerapan sistem verifikasi legalitas kayu atau SVLK pada awal 2015.
Badan Pusat Statistik mencatat komoditas kayu dan barang kayu pada Februari 2015 masih menjadi komoditas utama yang berandil sebesar 17,75%, kedua terbesar setelah tekstil dan barang tekstil (42,86%), bagi nilai ekspor Jateng yang mencapai US $428 juta.
Namun, nilai ekspor komoditas kayu dan barang kayu Februari mengalami penurunan 4,49% atau menjadi US $74,23 juta dari bulan sebelumnya US $77,57.
Nilai ekspor kumulatif komoditas tersebut pada Januari-Februari 2015 bahkan mengalami penurunan 5,62% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.