Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SWASEMBADA PANGAN JOKOWI: Terancam Gagal? Ini Penjelasannya

Produksi padi secara nasional diprediksi mengalami defisit pada 2025 jika pemerintah tidak mampu mengendalikan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian serta melakukan pencetakan sawah baru.
Presiden Jokowi saat membuka forum Jakarta Food Security Summit (JFSS) ke-3 2015, di Balai Sidang Jakarta, Kamis (12/2)/Antara
Presiden Jokowi saat membuka forum Jakarta Food Security Summit (JFSS) ke-3 2015, di Balai Sidang Jakarta, Kamis (12/2)/Antara
 

Bisnis.com, JAKARTA -  Target Presiden Joko "Jokowi' Widodo Indonesia swasembada pangan dalam tiga tahun ke depan nampaknya bakal menghadapi tantangan jika tidak bisa dikatakan bakal gagal. Lantaran alih fungsi lahan, sudah pada angka yang menakjubkan, 100.000 hektare per tahun.

Bahkan, produksi padi secara nasional diprediksi mengalami defisit pada 2025 jika pemerintah tidak mampu mengendalikan alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian serta melakukan pencetakan sawah baru.

Sekretaris Dewan Sumber Daya Air Nasional (DSDAN) Adang Saf Ahmad dalam diskusi panel hari kedua Jakarta Food Security Summit -3 di Jakarta, Jumat (13/2/2015), mengatakan saat ini alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian mencapai 100.000  hektare per tahun.

"Pada 2017 produksi padi akan menurun dan 2025 akan defisit kebutuhan padi akibat alih fungsi lahan dan tak ada pembangunan sawah baru," katanya.

Dia mengungkapkan, pada 2013 antara peningkatan produksi padi dengan kenaikan kebutuhan konsumsi sudah sebanding dan pada 2017 akan terjadi penurunan laju produksi sementara konsumsi meningkat.

Pada 2015, tambahnya, produksi padi secara nasional diperkirakan mencapai 70,61 juta ton gabah kering giling (GKG), namun demikian tingkat alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian masih cukup tinggi.

Sementara itu, lanjutnya, sawah irigasi yang ada saat ini mencapai 7,1 juta hektare dengan kondisi 54 persen bagus sedangkan 46 persen kurang bagus.

"Untuk memproteksi produksi padi harus ada pembangunan sawah irigasi yang baru selain itu jaringan pengairan yang saat ini kondisinya masih baik juga perlu rehabilitasi," katanya.

Menurut dia, tanpa ada proteksi terhadap produksi padi nasional maka pada 2017 akan mengalami penurunan hingga menjadi 66,02 juta ton GKG.

Sementara itu, tambahnya, jika kondisi tersebut terus berlanjut maka pada 2025 produksi padi nasional hanya sekitar 58,63 juta ton GKG sedangkan kebutuhan masih sebanyak 70,7 juta ton GKG atau terjadi defisit sekitar 12,1 juta ton.

Adang mengatakan, saat ini terdapat enam kawasan yang memiliki kesesuaian untuk budidaya padi di Indonesia antara lain Kawasan 1 dengan produktivitas tinggi dan potensi lahan masih luas, umumnya di Sumatera.

Kawasan 2 produktivitas sedang serta potensi lahan luas terdapat di Kalimantan, sementara itu Kawasan 3 memiliki produktivitas lahan tinggi namun potensi perluasannya rendah yakni di Jawa.

Di Pulau Jawa produktivitas lahan memang tinggi namun potensi areal yang dapat dimanfaatkan untuk sawah baru hanya 62.300 ha sedangkan di Kalimantan potensi lahan mencapai 3,69 juta hektare namun potensi produktivitas tidak tinggi.

"Yang memiliki potensi lahan masih luas untuk pengembangan sawah baru yakni Sumatera 3,9 juta hektare serta memiliki produktivitas lahan tinggi untuk padi," katanya.

Oleh karena itu perlu pengembangan sistem irigasi pada air dengan pembangunan tampungan air seperti embung, waduk dan bendungan sehingga sawah-sawah yang baru nantinya dapat diairi saat musim kemarau sekalipun.

Pada 2015 pemerintah menargetkan pembangunan 65 waduk dan membangun jaringan irigasi seluas 1 juta hektare atau hingga 2019 mencapai 3 juta hektare.

BACA JUGA

- CIPUTRA WAY: Impian Membuat Kita Berlari Mengejar

- Top 10 Politisi Wanita Terseksi di Dunia

- 10 Politisi Wanita Paling Glamor Di Dunia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Martin Sihombing
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper