Bisnis.com, WASHINGTON - Pengamat menilai tingginya aksi inversi korporasi di Amerika Serikat (AS) dipicu oleh pemerintah yang masih memberlakukan besaran pajak sesuai undang-undang tetapi mengabaikan besaran yang bisa diterima oleh pelaku industri.
Inversi korporasi adalah langkah yang ditempuh oleh perusahaan AS untuk melepaskan diri dari pemerintah Amerika dengan menciptakan porsi kepemilikan asing pada perusahaan tersebut. Selanjutnya perusahaan akan mengikuti aturan perpajakan sesuai yang berlaku di negara asing itu.
Partai Republik, yang menguasai Parlemen AS saat ini, serta pengamat kebijakan pajak mengkritisi tingginya pajak perusahaan yang ditetapkan AS. Untuk mengurangi risiko inversi, Republik menilai besaran pajak harus diturunkan.
Namun, analisis Reuters terhadap enam perusahaan raksasa yang menempuh langkah inversi pada akhir 2014 hingga awal 2015 menunjukkan, bahkan sebelum kesepakatan inversi terjadi, seluruh perusahaan itu tak membayar pajak secara penuh, sesuai dengan UU yang berlaku, yaitu 35%.
Sebagian besar korporasi bahkan jauh di bawah level tersebut. Adapun, analisis itu menemukan bahwa rerata besaran pajak efektif untuk keenam perusahaan itu adalah 20,3% dalam rentang 2011-2013. Angka itu diperoleh dari kalkulasi ahli perpajakan yang berbasis pada data pemerintah tentang keuntungan dan pajak.
Analisis tersebut mengemukakan bahwa lonjakan transaksi inversi tak terlalu berhubungan dengan UU pajak pendapatan perusahaan. Terlebih, yang terjadi selama ini debat pemerintah selalu terfokus pada UU tanpa memperhitungkan besaran yang efektif dan insentif bagi perusahaan.
Adapun, keenam perusahaan yang dianalisa di antaranya adalah Medtronic Inc. Inversi muncul sejak 3 dasawarsa lalu, tetapi langkah ini kian marak dalam beberapa tahun terakhir. Sejak 1980-an lebih dari 50 inversi terjadi, separuh dari angka tersebut muncul mulai 2008 hingga kini.