Bisnis.com, JAKARTA— Menteri Koordinator Perekonomian menyatakan PT Pertamina (Persero) enggan mengakuisisi PT Tuban Petrochemical Industries (TubanPetro) karena utang yang menggunung.
Sofyan Djalil menyebut pemerintah membuka pilihan Pertamina mengakuisisi aset TubanPetro. Namun, Sofyan menyampaikan BUMN migas itu enggan mengakuisisi TubanPetro karena tanggungan utang yang terlalu banyak.
Hal senada diungkapkan Rini Soemarno, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Menurutnya, Pertamina telah berterus terang menunjukkan keengganannya mengakuisisi TubanPetro. Alasannya, nilai saham TubanPetro sangat rendah berbanding terbalik dengan utang perusahaan yang besar.
“Kalau dari Pertamina telah berterus terang tidak mau mengakuisisi,” tegasnya.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto menyatakan enggan mengakuisisi TubanPetro karena perusahana itu memiliki hutang yang sangat besar.
“Ya kalau perusahaan utangnya banyak, gimana [mau mengakuisisi],” katanya.
Seperti diketahui, TubanPetro merupakan pemilik sebagian saham TPPI. Sebelumnya, Direktur TubanPetro Riki Ibrahim mengusulkan PT Pertamina (Persero) mengakuisisi TubanPetro untuk mendapatkan saham TPPI.
TPPI sendiri memiliki peran kunci dalam kebijakan pemerintah untuk menghapus bensin berbilangan oktan (research octane number/RON) 88 atau setara Premium digantikan bensin RON 92 atau setara Pertamax.
Dengan kilang TPPI, Pertamina mampu menaikkan produksi Pertamax hingga 5 juta barel per bulan. Namun, setelah ditelisik, ternyata Pertamina tidak akan menjadi pemegang saham mayoritas di TPPI meskipun telah mengakuisisi TubanPetro. Sebabnya, porsi saham yang dimiliki TubanPetro di TPPI terbilang kecil.
Agar menjadi pemilik mayoritas, Pertamina harus mengakuisisi saham Agro Capital BV dan Agro Global Holdings BV yang memiliki porsi saham 22%. (Bisnis.com)
BACA JUGA:
Kasus Saripari-Chevron Berlanjut ke Arbitrase