Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan Korea Selatan Green Kodeco International menggandeng BUMN Kehutanan, PT Inhutani I untuk mengembangkan industri wood pellet sebagai upaya menghasilkan energi biomassa pengganti energi fosil.
CEO Green Kodeco International (GKI) /Inkonetworks Jae Won Shim mengatakan kondisi pemanasan global telah mendorong Korea memberlakukan kebijakan Renewable Portofolio Standard yang membuat perusahaan pembangkit tenaga listrik wajib menggunakan energi terbarukan dalam usahanya.
Dia mengatakan hal tersebut membuat energi biomasssa menjadi sangat dibutuhkan. Saat ini, Korea membutuhkan sedikitnya 1 juta ton pellet per tahun untuk dikembangkan menjadi biomassa.
“Jadi kami fokus untuk bekerjasama dengan Indonesia, karena biomassa saat ini sangat penting sebagai energi yang bisa diperbaharui,” katanya seperti dikutip Bisnis, (19/12/2014).
Direktur Inhutani I DIdik Arjo Gunawan mengatakan pihaknya mulai mencoba membangun industri energi berbasis ramah lingkungan setelah operasional PT Hutan Mahligai, yang kepemilikannya dimiliki Inhutani I dan PT Timberdana tidak berjalan baik sejak pinjaman dana reboisasi dihapus pemerintah.
Selain itu, produk PT Hutan Mahligai yakni bubur kertas menuntut adanya penampung hasil atau pasar yang tersedia untuk bisa bersaing dengan perusahaan pencetak bubur kertas raksasa lainnya.
“Belum lagi masalah polusi. Jadi kami berfikir soal green energy dan perkembangan industri pellet membuat kami mencoba untuk masuk kesana,” katanya.
Sebelumnya, kepemilikan Inhutani I pada PT Hutan Mahligai sebanyak 40% sedangkan PT Timberdana memiliki 60% saham.
Dengan adanya kerjasama itu, GKI akan memiliki 51% saham sehingga komposisi kepemilikan saham antara BUMN dan perusahaan swasta pada PT Hutan Mahligai akan berubah.
“Nanti, PT Timberdana bisa memiliki 29% dan Inhutani 20%,” kata Didik.
Investasi HTI tersebut ditaksir mencapai Rp25 milyar. PT Hutan Mahligai secara perlahan akan menanam tanaman Gamal dan Lamtoro pada kawasan sebesar 8.691 ha dari total konsesi 11.275 ha.
Penanaman berkala selama tiga tahun diharapkan dapat menghasilkan produksi bahan baku sebanyak 728.363 pada 2020.
Setelahnya, akan dilakukan sistem daur ulang penanaman setelah 3 tahun berjalan dengan perkiraan produksi mencapai 562.000 setiap tahunnya.
Dalam kerjasama itu, PT Inhutani I dan PT Timberdana fokus pada sisi hulu sementara GKI akan menyediakan pabrik serpih kayu yang akan diolah menjadi wood pellet.