Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PERIZINAN INVESTASI: Satu Pintu di BKPM Diyakini Dorong Kenaikan Investasi Industri

Penerapan perizinan satu pintu melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk sektor industri diyakini dapat memperbaiki iklim investasi.
Kepala BKPM Franky Sibarani (kiri)./Bisnis.com
Kepala BKPM Franky Sibarani (kiri)./Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Penerapan perizinan satu pintu melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk sektor industri diyakini dapat memperbaiki iklim investasi.

Pada akhirnya, kebijakan itu memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan penanaman modal baru pada 2015.

Kepala BKPM Franky Sibarani meyakini apabila perizinan satu pintu berjalan efektif, maka kepercayaan pebisnis untuk menanamkan kapital di Indonesia kian meningkat.

Setahun penerapan program ini saja ditargetkan BKPM bisa meningkatkan peringkat kemudahaan bisnis RI ke posisi digit ganda.

Peringkat kemudahan berinvestasi di Indonesia pada 2015 dari kacamata Bank Dunia ada di urutan ke-114. Singapura ranking pertama, Malaysia ke-18, Filipina ke-95, Thailand ke-26, Vietnam ke-78, sedangkan Myanmar ke-177.

"Saya bisa pastikan bahwa kalau proses perizinan yang di pemerintah pusat menjadi satu itu pasti ada kepercayaan untuk investasi yang lebih besar," ucap Franky, di Jakarta, Selasa (16/12/2014).

Kemenperin menargetkan investasi baru di sektor industri pada tahun depan mencapai Rp271 triliun. Target ini disertai dengan harapan penurunan rasio impor bahan baku terhadap PDB sektor industri nonmigas menjadi 43,08%.

"Investasi baru yang kami harapkan untuk sektor yang belum ada, seperti mengolah dari nikel jadi stainless steel, atau bauksit menjadi alumina. Pokoknya harus bisa mengurangi 70% impor bahan baku," ucap Sekretaris Jenderal Kemenperin Ansari Bukhari.

Sejauh ini Kemenperin tak khawatir menyikapi ancaman deindustrialisasi di sektor pengolahan nonmigas. Berbagai tantangan yang muncul, seperti kenaikan tarif listrik industri dan pelemahan kurs rupiah diyakini tak sampai memukul telak pelaku industri.

Ansari berpendapat pelemahan nilai tukar rupiah hingga Rp13.000 per dolar AS tidak seluruhnya memberikan efek negatif. Bagi industri yang mengolah bahan baku dari dalam negeri dan berorientasi ekspor justru mencecap nikmat.

"Yang susah itu kalah bahan baku dari luar negeri tetapi dijualnya di pasar dalam negeri. Sekarang ini tidak separah 2009 yang mana industri hanay tumbuh 2,5%, maka kamis masih optimistis industri bisa tumbuh 6,1%," ucapnya.

Pada tahun depan industri diyakni mampu tumbuh 6,1%, ini merupakan hasil koreksi dari target awal 6,8%. Sejalan dengan ini kontribusi industri pengolahan nonmigas terhadap PDB nasional dipatok 21,22%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper