Bisnis.com, CILEGON--Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) meminta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) segera memberikan rekomendasi impor gula rafinasi kepada Kementerian Perdagangan pada pekan ini.
Semestinya kuota impor gula rafinasi keluar pada November, sehingga tepat mulai Januari 2015 pabrik dapat berproduksi.
Apabila rekomendasi tersebut keluar pada pertengahan Desember diperkirakan produksi gula kristal rafinasi (GKR) baru berjalan mulai medio Januari 2015.
Produsen GKR mengklaim pihaknya membutuhkan suplai gula mentah impor untuk memenuhi standar kualitas dalam memproduksi GKR.
Pabrik gula rafinasi juga membutuhkan kesinambungan pasokan selama setahun penuh tanpa terpotong periode musim tanam dan musim giling.
Ketua Umum AGRI Wisnu Prayit mengatakan sejalan dengan aktivitas produksi yang berhenti terjadi pula perumahan karyawan.
Pada sisi lain produsen GKR tetap harus menanggung fixed cost sekitar Rp600 juta - Rp700 juta per hari.
"Ketiadaan bahan baku membuat kami tidak bisa memenuhi kebutuhan industri mamin sehingga produsen mamin terancam berhenti produksi juga. Kami butuh kepastian untuk bisnis setahun ke depan," tuturnya, di Cilegon, Banten, Selasa (2/12/2014).
Mayoritas pabrik GKR di dalam negeri mengandalkan Thailand, Australia, dan Brasil sebagai sumber impor raw sugar bahan baku gula rafinasi.
Di antara tiga negara ini proses pemesanan dari Thailand paling cepat sekitar 16 hari saja, Australia tiga pekan, sedangkan Brasil sebulan.
Rekomendasi impor dibutuhkan cepat produsen GKR. Pasalnya sejak ini dikeluarkan Kemenperin sampai dengan impor terlaksana lantas tiba di gudang produsen gula rafinasi membutuhkan waktu sekitar 1,5 bulan.
Menteri Perindustrian Saleh Husin belum memberikan kepastian kapan rekomendasi impor GKR akan dikeluarkan serta berapa jumlahnya.
"Ini masih dirapatkan bersama Mendag dan Mentan, nanti [kami upayakan] dalam waktu cepatlah. Jangan sampai ini pengaruhi industri mamin yang karyawannya banyak," ucap dia.
Kemenperin juga belum dapat memastikan berapa kuota impor GKR yang akan direkomendasikan untuk memenuhi kebutuhan pada 2015.
Yang pasti impor gula rafinasi tetap masuk dalam daftar sensitif yang dikenakan bea masuk untuk memproteksi agar harganya tetap lebih mahal daripada gula lokal.