Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah kembali memangkas estimasi pertumbuhan ekonomi 2014 menjadi 5,1%, menyusul kenaikan harga BBM subsidi yang mengerek inflasi ke level 7,3%.
Kenaikan harga BBM subsidi tak pelak menekan konsumsi masyarakat, belanja pemerintah, terutama belanja subsidi, dan investasi sejalan dengan penambahan dosis pengetatan moneter.
“Kemungkinan [akibat kenaikan harga BBM subsidi] pertumbuhan akan mengalami efek di tahun ini menjadi 5,1%, kalau sebelumnya masih [diestimasi] 5,2%,” kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Selasa (18/11/2014).
Pemangkasan estimasi itu merupakan yang ketiga kalinya dilakukan pemerintah dalam empat bulan terakhir.
Pada era Menteri Keuangan M. Chatib Basri, pemerintah pada Agustus merevisi estimasi pertumbuhan ekonomi 2014 menjadi 5,3% setelah melihat performa produk domestik bruto (PDB) kuartal II/2014 yang hanya melaju 5,21%.
Koreksi kembali dilakukan oleh Menkeu Bambang Brodjonegoro menjadi 5,2% awal bulan ini setelah melihat realisasi pertumbuhan kuartal III/2014 yang hanya 5,01%.
Estimasi terbaru 5,1% praktis semakin menjauh dari target pertumbuhan ekonomi dalam APBN Perubahan 2014 sebesar 5,5%.
Bambang menyampaikan kenaikan harga BBM dapat menambah inflasi 2% dari asumsi dalam APBN-P 2014 sebesar 5,3%.
Dengan demikian, inflasi sepanjang tahun ini akan mencapai 7,3%. Namun, khusus kelompok miskin dan hampir miskin, tambahan inflasi bisa 4,5% sehingga poverty basket inflation mencapai 9,8% tahun ini.
Untuk menahan daya beli masyarakat miskin agar tidak tergerus oleh kenaikan tarif angkutan dan pangan, pemerintah mengucurkan kompensasi sosial senilai Rp200.000 per bulan per rumah tangga sasaran (RTS) selama November-Desember.
Kompensasi itu diberikan kepada 15,5 juta RTS dengan alokasi Rp6,4 triliun yang diambil dari dana cadangan perlindungan sosial dan cadangan risiko fiskal dalam APBN-P 2014 senilai Rp7,3 triliun.
“Suntikan cash 150.000 per bulan per keluarga tahun lalu tidak cukup. Jangan mereka dikasih beban dengan perlindungan sosial yang pas-pasan. Makanya, kami naikkan jadi 200.000 per keluarga selama dua bulan,” kata Bambang.
Kompensasi yang direncanakan berlanjut 2015 itu dipercaya memulihkan konsumsi rumah tangga tahun depan sehingga membantu mendorong pertumbuhan ekonomi ke level 5,8%, sesuai target pemerintah dalam APBN 2015.
Menkeu yakin target itu bakal tercapai –meskipun menghadapi tantangan normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat – dengan realokasi subsidi BBM ke belanja infrastruktur yang akan memacu pertumbuhan investasi di atas 5%.