Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mulai menggiatkan komersialisasi sektor perikanan pada subsektor ikan hias nasional sebagai upaya meningkatkan daya saing produk usaha kecil dan menengah
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Achmad Poernomo mengatakan pihaknya sedang membentuk sentra-sentra ikan hias nasional di berbagai daerah berdasarkan potensi masing-masing wilayah.
“Permintaan pasar yang terus meningkat membuat sektor ikan sangat menjanjikan dari sisi bisnis. Sehingga, masyarakat pembudidaya ikan hias bisa siap dalam menyambut MEA (Masyarakat Ekonomi Asean),” katanya di Depok, Kamis (6/11/2014).
Achmad berharap peluang usaha tersebut dapat diimbangi dengan peningkatan teknologi sehingga akan makin mengkatrol daya saing.
Saat ini, dia mengatakan Balitbang telah menghasilkan paket teknologi dan inovasi bagi para masyarakat perikanan untuk teknologi kelautan, penangkapan dan produksi ikan, teknologi pengolahan dan produk turunannya serta inovasi dalam kelembagan kelautan dan perikanan yang disebarluaskan melalui Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk Masyarakat (IPTEKMAS).
Hasilnya, dia melanjutkan, ikan hias yang hampir punah dapat dibudidayakan dan diproduksi massal.
Salah satunya budidaya ikan pelangi yang dikembangkan dengan konsep budidaya ramah lingkungan.
Achmad menjelaskan secara ekonomi kegiatan usaha tersebut sangat menguntungkan. Jika dikalkulasikan dengan harga pasar lokal ikan sebesar Rp.1000/ekor, maka pembudidaya ikan pelangi akan mendapatkan penghasilan sekitar Rp. 92 juta/tahun.
Selain itu, dia mengatakan harga indukan umur 5-6 bulan di pasar luar negeri mencapai US$ 7-14 per ekor. Hal itu selaras dengan sensus pertanian yang menunjukkan pendapatan terbesar sektor perikanan berasal dari pembudidaya ikan hias sebesar Rp 50 juta/tahun.
“Data itu menunjukkan bahwa ikan hias ini, tidak hanya mempunyai prospek yang bagus untuk meningkatkan taraf hidup akan tetapi dapat menjadi catatan yang penting yaitu ikan pelangi ini sebagai identitas Bangsa Indoenesia di mata dunia,” ungkap Achmad.
