Bisnis.com, BANDUNG—Kalangan nelayan di Jawa Barat meminta pemerintah segera menyiapkan akses modal bagi nelayan dengan suku bunga yang murah di kisaran 3%-6% per tahun.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jabar Ono Surono mengatakan saat ini akses pembiayaan untuk sektor kelautan dan perikanan mayoritas diberikan dengan suku bunga yang tinggi.
Dia menjelaskan ketika nelayan ingin meningkatkan ke level industri perikanan, banyak yang terbentur dengan masalah kredit perikanan akibat beban bunga yang tinggi sekitar 12%-16%.
“Selama ini perhatian negara terhadap nelayan kecil dinilai sangat kurang. Banyak program tapi kurang menjangkau hingga ke nelayan tradisional,” katanya kepada Bisnis.com, Kamis (6/11/2014).
Kondisi suku bunga yang tinggi membuat nelayan tradisional lebih memilih rentenir untuk meminjam uang.
“Selama ini mereka berusaha sendiri untuk mewujudkan permodalan hingga mereka dapat melaut dengan mengandalkan rentenir. Hal ini sangat merugikan mereka,” katanya.
Oleh karena itu, agar permodalan mampu diakses maka pemerintah harus berkomunikasi secara kelas dan berjenjang untuk merumuskan program yang tepat.
“Program sebaik apapun apabila tidak dihasilkan dan dirumuskan bersama, maka pasti hasilnya tidak maksimal sebagaimana mestinya,” ujarnya.
Sependapat dengan HNSI. Serikat Nelayan Indonesia menilai selama ini suku bunga yang tinggi memicu nelayan sulit mengakses pinjaman uang dari bank.
Sekjen SNI Budi Laksana mengatakan selama ini nelayan masih tergantung tengkulak dalam memenuhi ongkos produksi tangkapan ikan.
"Pemerintah harus membantu mengeluarkan kebijakan suku bunga rendah terhadap nelayan dengan menggandeng bank,” paparnya.