Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penetapan Upah Harus Pertimbangkan Kemampuan Dunia Usaha

Asosiasi Pengusaha Indonesia Jawa Bart menyarankan penetapan upah minimum kabupaten/kota di kawasan itu realistis.

Bisnis.com, BANDUNG—Asosiasi Pengusaha Indonesia Jawa Bart menyarankan penetapan upah minimum kabupaten/kota di kawasan itu realistis.

Ketua Apindo Jabar Dedy Widjaja menilai para pengusaha harus mempertimbangkan pasar bebas Asean yang akan digulirkan pada tahun depan, sehingga dipastikan akan menambah cost biaya produksi karena harus meningkatkan daya saing.

“Buruh, pemerintah, dan pengusaha harus duduk bersama untuk menetapkan upah sesuai kondisi ekonomi saat ini. Jangan sampai hal ini dipolitisasi seperti tahun-tahun sebelumnya,” katanya kepada Bisnis.com, Selasa (21/10).

Dia menjelaskan kenaikkan upah yang tinggi di kawasan Jabar barat seperti Karawang, Purwakarta, Bekasi, dan sekitarnya telah memicu para pengusaha hengkang ke wilayah lain seperti Jawa Tengah.

Dedy menjelaskan jangan sampai hal ini terjadi kembali pada tahun depan sehingga akan menjadi bumerang tersendiri bagi buruh karena bisa terancam PHK.

“Buruh dan pengusaha harus sepaham untuk menjaga kondusivitas usaha,” ujarnya.

Dedy menyarankan kenaikkan upah sebesar 30% yang diusulkan kalangan buruh melampaui batas kemampuan dunia usaha.

Sehingga, hal tersebut perlu ditinjau ulang dan dikaji kembali berapa kenaikkan yang dianggap realistis.

“Kita perlu mempertimbangkan inflasi dan lainnya. Jangan sampai kenaikkan itu mencapai 30% karena terlalu berat,” katanya.

Dia menambahkan respon tenaga kerja dalam menuntut UMK menjadi sorotan utama kalangan dunia usaha, karena dari aspek pengupahan menjadi bagian penting pengeluaran perusahaan.

“Kalau tuntutannya keluar dari batas rasionalitas dan proporsional [tuntutan upah], maka kalangan dunia usaha akan direpotkan,” tambahnya.

Dedy mengungkapkan para pengusaha akan memutar otak untuk berdaya saing saat pasar bebas Asean dengan produk impor karena biaya yang harus dikeluarkan cukup besar.

“Lebih baik kami menjadi importir saja kalau kondisi ekonomi yang terus memburuk. Jelas, kami kalau jadi importir tidak usah memikirkan tenaga kerja yang banyak dan tinggal menjual barang di pasar,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper