Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan—berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya—perhelatan Trade Expo Indonesia (TEI) tahun ini merupakan etalase dari transisi Indonesia menjadi negara industrialis.
“Ini menunjukkan etalase industrialisasi kita, di mana penciptaan nilai tambah menjadi fokusnya. [TEI tahun ini] menjadi semacam gerai untuk mempertontonkan barang-barang RI yang competitiveness-nya tinggi,” ujarnya di sela-sela pembukaan TEI 2014, Rabu (8/10).
Perubahan orientasi tersebut, menurutnya, sudah tercermin jelas dari total target transaksi yang dipatok naik lebih dari 10% tahun ini. Pada 2013, pemerintah berhasil meraup US$626 juta dari pameran itu, sedangkan tahun ini targetnya mencapai lebih dari US$800 juta.
Pemerintah juga bergerak agresif untuk mengamankan pembeli pada TEI 2015. Lutfi mengungkapkan saat penutupan pada 12 Oktober nanti, Kementerian Perdagangan akan langsung menentukan tanggal dan produk-produk yang akan ditawarkan pada pameran tahun depan. “Kami akan langsung beri notifikasi pada pembeli.”
Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Nus Nuzulia Ishak menambahkan TEI tahun ini memang juga ditujukan untuk menunjukkan transformasi ekspor nonmigas RI yang tidak hanya berorientasi nilai tambah, tapi juga ramah lingkungan.
Dunia usaha juga menyambut positif strategi pemerintah yang akan datang untuk memacu ekspor produk industri. Tidak hanya itu, mereka puas dengan upaya pemerintah untuk menggandeng usaha kecil menengah (UKM) dalam transformasi skema ekspor itu.
“Antusiasme pengusaha sangat besar, terutama dari kalangan UKM. Karena selama ini UKM paling terabaikan dari segi promosi. Sekarang, 70% UKM sudah punya wadah promosi,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi.
Menurutnya, untuk melibatkan UKM dalam perubahan skema ekspor bernilai tambah, pemerintah harus mengawinkan pengusaha kecil dengan perusahaan besar.
Pasalnya, UKM nasional belum mampu lepas dari masalah kapasitas untuk memenuhi tingginya permintaan.