Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ikan Lemuru Habis di Selat Bali, Penelitian pun Dimulai

Dinas Perikanan dan Kelautan Bali bekerja sama dengan perusahaan pengalengan ikan tengah meneliti penyebab habisnya ikan lemuru yang digunakan sebagai bahan baku ikan sardine di Selat Bali.

Bisnis.com, DENPASAR--Dinas Perikanan dan Kelautan Bali bekerja sama dengan perusahaan pengalengan ikan tengah meneliti penyebab habisnya ikan lemuru yang digunakan sebagai bahan baku ikan sardine di Selat Bali.
 
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Bali (Diskanlut) Bali Made Gunaja mengatakan hasil penelitian ditargetkan selesai akhir tahun ini agar dapat segera mencari solusi terbaik untuk mengatasi kelangkaan ikan jenis itu.
 
"Sudah berjalan penelitiannya, sekarang masih berlangsung. Bagaimanapun penting mengetahui penyebab kenapa ikan-ikan di sana bisa habis," jelasnya, Senin (6/10).
 
Gunaja menuturkan, sejak 2010, pasokan ikan lemuru di Selat Bali berkurang dan bahkan cenderung langka. Padahal Selat Bali merupakan lokasi andalan bagi pabrik-pabrik pengalengan ikan untuk mendapatkan pasokan bahan baku lemuru.
 
Diskanlut Bali tidak ingin berspekulasi habisnya ikan di selat yang terletak di antara Pulau Jawa dan Bali itu dikarenakan terlalu banyak dimanfaatkan oleh pabrik pengalengan ikan di Kabupaten Jembrana. Akan lebih baik, jelasnya, menunggu hasil penelitian untuk mengetahui penyebab pastinya.
 
Penyebab kelangkaan ikan lemuru di Selat Bali sudah ditunggu-tunggu oleh pengusaha ikan kaleng di kawasan Pengambengan, Jembrana. Susahnya pasokan ikan jenis itu di sepanjang Selat Bali sejak 2010 membuat pengusaha ikan kalengan harus mengimpor bahan baku ikan jenis sama dari India.
 
Meskipun bahan baku impor dari negara itu kualitasnya di bawah ikan lemuru dari Selat Bali, tetapi pengusaha tidak memiliki pilihan lain. Selain itu, dari segi biaya, pengusaha harus mengeluarkan biaya produksi lebih besar dibandingkan mendapatkan ikan dari kawasan sekitar.
 
Bahkan dari 14 pabrik ikan kalengan di Pengambengan, saat ini diperkirakan menyisakan empat perusahaan yang bertahan, sedangkan sisanya tidak berproduksi karena kesusahan bahan baku.

"Mudah-mudahan segera diketahui, karena ini sudah dari lama belum tahu secara pasti apa penyebabnya," jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Feri Kristianto
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper