Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sejumlah Pihak Soroti Revisi Target Ekspor 2014

Keputusan Kementerian Perdagangan mengoreksi target ekspor 2014 sebesar 5% menjadi hanya US$180,5 miliar dipandang kurang memiliki urgensi, karena secara prospek Indonesia masih memungkinkan untuk mencapai target awal US$190 miliar.nn
ilustrasi/bisnis.com
ilustrasi/bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Keputusan Kementerian Perdagangan mengoreksi target ekspor 2014 sebesar 5% menjadi hanya US$180,5 miliar dipandang kurang memiliki urgensi, karena secara prospek Indonesia masih memungkinkan untuk mencapai target awal US$190 miliar.

Terlebih, keputusan tersebut diambil hanya beberapa pekan menjelang pembentukan kabinet pemimpin terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla. Kalangan ekonom menilai menteri perdagangan yang baru seharusnya masih mampu melanjutkan upaya mencapai target ekspor semula.

Pesimisme Kemendag, oleh sebagian ekonom, dianggap mencerminkan kurangnya determinasi pemerintah saat ini dalam menggenjot diversifikasi produk ekspor nonmigas guna menangkal dampak anjloknya harga komoditas, khususnya crude palm oil (CPO).

“Saya kira memang kinerja itu tergantung pada kebijakan dan usaha pemerintah. Artinya, kalau saja pemerintah mau bekerja keras dan kebijakannya mendukung peningkatan ekspor, ya tentunya target [semula US$190 miliar] itu bisa dicapai,” ujar ekonom Universitas Gadjah Mada Sri Adiningsih, Senin (6/10).

Dia berpendapat keputusan untuk mengoreksi target ekspor secara mendadak tidak seharusnya hanya dikalkulasi berdasarkan dampak dari tekanan harga minyak nabati dunia semata. Menurutnya, prospek peningkatan ekspor masih terbuka dari celah lain.

Pemerintah, sambungnya, cenderung mengabaikan faktor pertumbuhan dan gairah mengimpor yang masih cukup baik di negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia. Peluang pasar tersebut akan menjadi sia-sia jika tidak ada upaya lebih untuk menggejot penjualan.

“Memang benar harga komoditas cenderung turun, tapi kan jangan lupa bahwa Asean dan China—sebagai tujuan utama ekspor RI—perekonomiannya masih tumbuh antara 6%-7%. Malaysia di atas 6%, Kamboja 7%, China 7,5%, AS juga perekonomiannya masih lebih baik dari tahun lalu.”

Sekadar catatan, Mendag Muhammad Lutfi menjelaskan target ekspor tahun ini terpaksa dipangkas akibat tekanan harga CPO yang merupakan komoditas ekspor dengan kontribusi 14,37% atau terbesar kedua terhadap total ekspor nonmigas RI.

Menurutnya, harga CPO saat ini sudah menyentuh US$726/metrik ton, tergelincir jauh dari rerata harga pada Januari pada level US$920/metrik ton. Jika penurunan terus berlanjut, dia memperkirakan tahun ini ekspor CPO RI hanya mampu mencapai US$20 miliar.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), total ekspor secara kumulatif pada Januari-Agustus 2014 mencapai US$117,42 juta atau turun 1,52% dari capaian US$119,24 juta pada periode yang sama tahun lalu.

Namun, secara month-on-month data statistik menunjukkan mulai ada perbaikan pada kinerja ekspor RI. Pada Agustus 2014, total ekspor tercatat bernilai US$14,47 juta atau naik 4,08% dari torehan US$14,12 juta pada bulan sebelumnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper