Bisnis.com, JAKARTA - Senior Gender & SME Banking Specialist International Finance Corporation (IFC) Rubin Japhta mengungkapkan masalah akses pembiayaan perdagangan adalah tantangan nomor wahid bagi upaya internasionalisasi produk IKM di Tanah Air.
Data dari unit perusahaan Bank Dunia tersebut mengungkapkan lebih dari 16% hambatan IKM saat ini adalah akses pendanaan, 12% akses energi, 10% kendala informal dan tingginya pajak, serta 8% ketidakstabilan politik.
“Sekarang ini sekitar 55%-68% IKM di negara berkembang seperti Indonesia tidak dilayani dengan baik dari segi pendanaan. Angka ini dihitung berdasarkan tingkat akses IKM terhadap pinjaman bank, belum termasuk pinjaman untuk biaya perdagangan,” ungkapnya, Rabu (1/10/2014).
Deputi Bidang Pengkajian Sumber Daya UMKM Kementerian Koperasi dan UKM Meliadi Sembiring, di sisi lain, mengatakan peluang pasar global bagi produk IKM datang dari pertumbuhan konsumen kelas menengah sebanyak 3,2 miliar jiwa pada 2020 dan 4,9 miliar jiwa pada 2030.
Selain itu, lanjutnya, pesatnya pertumbuhan investasi asing dan industri berbasis komoditas di Indonesia juga dapat menjadi kendaraan bagi produk IKM untuk memenetrasi pasar global.
“Tidak hanya itu, produk-produk IKM Indonesia ini punya competitive advantage karena memiliki karakteristik budaya sendiri. Pemerintah sejauh ini sudah mendukung internasionalisasi IKM melalui regulasi dan pembukaan peluang pasar melalui kerja sama internasional,” jelas Meliadi.
Hanya saja, upaya pemerintah tersebut terbentur oleh keterbatasan pemahaman pelaku IKM nasional terhadap karakteristik konsumen asing dan regulasi perdagangan di negara lain, serta minimnya kapasitas untuk memenuhi permintaan global yang tinggi.