Bisnis.com, JAKARTA--Asumsi makro yang lebih sehat dalam rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) 2015 diharapkan bisa meningkatkan kepercayaan diri pasar terhadap Indonesia.
Salah satu yang paling mencolok adalah asumsi defisit anggaran yang menciut dari 2,32% menjadi 2,1% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Andin Hadiyanto mengatakan dengan defisit yang lebih kecil, beban pembiayaan dari utang turut terpangkas.
"Jadi fiskal kita lebih sustain, rating kita jadi bagus investasi jadi masuk, dampak multiplier-nya banyak," katanya saat ditemui seusai rapat di Badan Anggaran (Banggar), Rabu (24/9/2014).
Senada, Menteri Keuangan M. Chatib Basri mengatakan defisit yang lebih rendah menggambarkan resiko fundamental yang lebih kecil.
"Tapi bukan berarti harus 2,21%. Enggak harus spesifik berapa," ungkapnya. Titik beratnya adalah, sambungnya, hal itu mencerminkan kondisi fiskal yang lebih aman.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti mengatakan dengan defisit di level 2,21% dan memperhitungkan defisit dalam anggaran daerah sekitar 0,5%-0,6% angka itu masih cukup longgar.
"Masih aman ya itu masih di bawah 3% seperti amanat undang-undang," katanya.
Meski begitu, sambungnya, hal tersebut tak akan serta merta menyelesaikan masalah dan meningkatkan kepercayaan diri pasar secara signifikan.
Menurutnya, nilai defisit tak terlampau penting. Komponen yang lebih krusial adalah efektivitas dan produktivitas penggunaan anggaran, terutama persentasenya di sektor infrastruktur yang bisa mendorong investasi dan pertumbuhan.