Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia menyatakan tak akan selalu mengandalkan kebijakan suku bunga untuk merespons inflasi, termasuk jika pemerintahan baru menaikkan harga BBM subsidi akhir tahun ini.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Solikin M. Juhro mengatakan bank sentral akan menggunakan bauran instrumen sekaligus berkoordinasi dengan pemerintah untuk menekan ekspektasi inflasi dan dampak lanjutan (second round effect) kenaikan harga BBM.
"BI tentunya akan merespons secara pre-emptif dan akan mengantisipasi karena kenaikan harga BBM ini kemungkinan memengaruhi banyak hal sehingga instrumen yang kami gunakan tidak hanya suku bunga," katanya, Kamis (11/9/2014).
BI mengestimasi tambahan inflasi hanya 1% jika harga BBM subsidi naik Rp1.000 per liter. Solikin mengatakan dampak kenaikan memang besar seketika, tetapi akan hilang dalam tempo 2-3 bulan.
Sebaliknya, lanjutnya, inflasi bukan satu-satunya pertimbangan untuk menyesuaikan suku bunga. Keseimbangan eksternal pun, seperti transaksi berjalan dan arus modal, menjadi pertimbangan.
Sebelumnya, sejumlah ekonom berpendapat BI rate tidak perlu dikerek jika ada kenaikan harga BBM Rp1.000 akhir tahun. Pasalnya, dampaknya terhadap inflasi terbatas, selain juga karena BI rate saat ini sudah jauh di atas inflasi.
Sementara itu, BI melihat inflasi sampai Agustus masih sejalan dengan pencapaian sasaran 4,5 plus minus 1% pada 2014 dan 4 plus minus 1% pada 2015. Inflasi Agustus tercatat 0,47% (month to month) atau 3,99% (year on year). Inflasi inti sedikit menurun ke level 4,47% (yoy).
Penurunan inflasi secara umum ditopang oleh pelemahan inflasi pangan bergejolak (volatile food) dan harga diatur pemerintah (administered prices), serta terkendalinya inflasi inti.
"Ke depan, BI tetap mewaspadai berbagai risiko yang dapat mengganggu pencapaian sasaran inflasi, khususnya yang bersumber dari kemungkinan kenaikan administered prices, dan akan memperkuat langkah-langkah koordinasi pengendalian inflasi," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara.
BI melihat inflasi tahun ini akan mendekati ke batas atas sasaran inflasi 4,5 plus minus 1%, termasuk akibat kenaikan harga elpiji 12 kg.