Bisnis.com, DENPASAR -- Setelah kencang sejak akhir 2012, penyaluran kredit perbankan terhadap sektor properti menengah atas di Bali, pada tahun ini mulai menunjukkan gejala perlambatan.
Berdasarkan data Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III (Bali Nusra), khusus pada akhir Juli, penyaluran kredit ke KPR tipe di atas 70, sebesar Rp3,38 triliun, atau tumbuh 19,09% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
Tanda-tanda perlambatan itu sudah terlihat mulai triwulan II/2014 yang tersalurkan sebesar Rp 3,33 triliun atau tumbuh 21,09% dibandingkan dengan triwulan II/2013.
Pertumbuhan Juli dan triwulan II itu lebih rendah dibandingkan dengan periode 2011 hingga 2013 yang masih mampu tumbuh hingga 31,28%.
Menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Benny Siswanto, perlambatan pertumbuhan itu diperkirakan karena masalah permintaan, dan kenaikan harga yang semakin tinggi.
"Mungkin calon pembeli memilih menahan rencana karena mereka biasanya untuk pembelian rumah kedua dan ketiga jadi sebagai investasi," jelasnya kepada Bisnis, Rabu (3/9/2014).
Dia meyakini Bali sebetulnya masih tetap menjadi pilihan lokasi menarik untuk berinvestasi properti.
Hanya saja, jelasnya, tingginya harga properti membuat calon pembeli menahan rencana semula.
Kondisi tersebut menyebabkan penyaluran perbankan untuk sektor ini menjadi tumbuh lebih rendah.
Namun, Benny membantah bahwa perlambatan itu ikut disebabkan oleh kebijakan loan to value (ltv) Bank Indonesia.
"Logikanya daripada membeli Rp500 juta untuk 100 meter persegi, mereka memutuskan menahan sementara waktu," tegasnya.
Ketua DPD REI Bali I Gusti Made Aryawan mengakui penjualan rumah mewah di Bali, sejak Januari hingga Juli merosot hingga 50%.
Namun, pertumbuhan untuk tipe KPR di bawah 70 masih cukup baik.
Penyebab penurunan diperkirakan karena dampak pemberlakuan ltv yang dikeluarkan Bank Indonesia.
Menurutnya, calon pembeli rumah menengah atas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga.
Pasalnya, kebanyakan calon pembeli properti jenis ini adalah investor yang sudah memiliki rumah.
"Kebanyakan untuk rumah kedua dan ketiga, mereka mungkin merasa ada prestise dengan memiliki properti di sini," jelasnya.