Bisnis.com, JAKARTA — Pebinis meyakini realisasi investasi baru di industri persepatuan berjalan lancar menjelang era Masyarakat Ekonomi Asean pada akhir 2015. Pertumbuhan investasi mulai terlihat selepas pasangan pemenang pilpres resmi ditetapkan.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Binsar Marpaung mengatakan pelaku bisnis menginginkan pemerintah mendatang bisa mengkoordinir industri alas kaki dari hulu sampai ke hilir dengan lebih baik.
"Pasalnya sekarang sekitar 60% sampai 70% bahan baku sepatu masih impor, seperti aksesoris," katanya di Jakarta, Rabu (13/8/2014).
Impor bahan baku sepatu meliputi kulit, karet sintetis, dan kain tekstil. Tingginya pembelian bahan baku dari luar negeri menunjukkan hilirisasi industri sepatu tersendat. Pada umumnya impor dilakukan industri besar bukan skala kecil dan menengah.
Aprisindo menyatakan sebetulnya banyak investor di bidang persepatuan yang hendak tertarik menanamkan kapital di Indonesia. Hal ini terpengaruh populasi penduduk sedikitnya 250 juta orang sehingga melahirkan potensi pasar domestik yang besar.
"Jika respon terhadap hasil pilpres positif ya semua investasi lancar. Kebanyakan investasi [di industri sepatu] adalah penanaman modal asing," tutur Binsar.
Aprisindo menilai industri persepatuan di Tanah Air unggul di segmen sepatu sporty tetapi kurang pamor untuk produk fesyen. Pasalnya industri sepatu skala besar sukar mengikuti karakter pasar sepatu fesyen yang trennya cepat berubah.
Sektor persepatuan di Indonesia lebih bersifat padat karya karena melibatkan tenaga kerja dalam jumlah banyak dan padat modal. Industri di dalam negeri banyak ditopang produk high end sekelas Adidas dan Nike.
Kendati demikian pelaku usaha menolak jika produktivitas sepatu fesyen di Tanah Air dianggap tertinggal dari negara lain, seperti Malaysia. "Ketinggalan sih tidak, melainkan harus lebih digerakkan lagi segmen ini," ucap Binsar.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat aliran investasi ke industri barang dari kulit dan alas kaki lebih banyak berasal dari asing. Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai US$146,2 juta, sedangkan dari investor dalam negeri hanya Rp67,3 juta pada triwulan I/2014 .
Sepanjang tahun lalu kapital asing yang tertanam baru US$96,2 juta dari 91 izin usaha. Sementara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ke industri barang kulit dan alas kaki hanya Rp80,1 miliar dari 10 izin usaha.