Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintahan Baru Diminta Serius Dorong Hilirisasi Karet

Pelaku industri meminta pemerintah mendatang lebih serius menjalankan hilirisasi karet. Program ini diharapkan bisa mensubtitusi ekspor bahan mentah karet menjadi produk bernilai tambah lebih tinggi.

Bisnis.com, JAKARTA—Pelaku industri meminta pemerintah mendatang lebih serius menjalankan hilirisasi karet. Program ini diharapkan bisa mensubtitusi ekspor bahan mentah karet menjadi produk bernilai tambah lebih tinggi.

Dewan Karet Nasional (Dekarindo) berharap pemerintah mendatang lebih serius menjalankan hilirisasi agar industri karet lebih ekonomis.

Pasalnya, karet yang diolah menjadi ban lantas diekspor bisa menghasilkan US$1,2 miliar tetapi ekspor karet mentah hanya bernilai sekitar US$10 miliar sepanjang tahun.

Ketua Umum Dekarindo Azis Pane mengatakan pihaknya akan menandatangani memorandum of understanding (MoU) dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) terkait program hilirisasi karet alam pada September 2014. Nota kesepahaman itu diharapkan bisa mendorong industri karet skala kecil dapat tumbuh lebih baik.

“Pemerintahan baru nanti jangan hanya terhanyut dengan ekspor karet mentah. Kami meminta pemerintah mengundang lebih banyak industri pendukung industri karet,” tutur Azis kepada Bisnis, Senin (11/8/2014).

Kinerja ekspor karet sepanjang tahun ini berpotensi meleset dari target yang ditetapkan. Pasalnya pada semester I/2014 nilai ekspor karet bahkan 19,96% lebih kecil dari periode yang sama tahun lalu.

Peran ekspor karet terhadap total ekspor nonmigas pada semester I/2014 mencapai 5,37%. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama periode ini ekspor karet dan barang dari karet tercatat US$3,9 miliar. Nilai ini lebih kecil dari realisasi semester I/2013 sejumlah US$4,9 miliar.

Tren penurunan tidak hanya berlaku untuk periode semester tetapi juga bulanan. Pada Juni 2014 ekspor karet dan barang dari karet tercatat US$573,4 juta. Nilai ini merosot sekitar 6,61% terhadap perolehan pada Mei senilai US$614 juta.

“[Potensi pertumbuhan ekspor semester II/2014] saya ragu. Sekarang Kamboja, Vietnam, dan Myanmar besar sekali ekspornya sedangkan kita stagnan dengan produktivitas yang tidak meningkat,” tuturnya.

Azis berpendapat pelemahan kinerja ekspor karet terpengaruh kondisi pasar di negara tujuan. Pasalnya tujuan ekspor seperti Jepang dan China masih punya stok sehingga ekspor Indonesia tertahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti
Editor :
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper