Bisnis.com, JAKARTA -- Proyek pembangunan smelter alumina di Kalimantan Barat yang melibatkan investor asal Rusia segera memasuki tahapan pencarian cadangan bauksit.
Infrastruktur ini melibatkan UC Rusia Aluminium (Rusal) dan PT Arbaya Energi.
Direktur Utama PT Arbaya Energi Suryo B. Sulisto mengatakan pabrik pemurnian (smelter) alumina yang digarap bersama Rusia kini tengah mamasuki penjajakan lapangan.
“Tahapan pertama itu kami verifikasi cadangan tambang yang ada cukup atau tidak untuk diolah,” katanya, di Jakarta, Rabu (6/8/2014).
Jika melalui verifikasi tersebut dipastikan cadangan tambang memadai untuk diolah kemudian mencari lokasi pembangunan smelter yang tepat.
Tahapan selanjutnya barulah Arbaya dan Rusal melakukan studi kelayakan (feasibility study / FS).
Nota kesepahaman alias Memorandum of Understanding (MoU) antara Arbaya Energi dan Rusal ditandatangani pada 25 Februari 2014.
Rusal merupakan perusahaan pemurnian tambang mineral asal Rusia yang disebut-sebut menguasai setidaknya 10% pasar aluminium dunia.
“Begitu Rusal kembali dengan hasil positif ya akan langsung mulai bikin FS pada tahun ini juga,” tutur Suryo yang juga menjabat Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
Investasi yang akan dikucurkan Rusal dikabarkan mencapai US$3 miliar.
Nantinya, Arbaya berperan sebagai pemasok bauksit kepada Rusal.
Kedua perusahaan ini secara sinergis bekerja sama mengeksplorasi dan menambang bauksit serta produksi alumina di Kalbar.