Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INVESTASI PROPERTI Masih Jadi Pilihan Utama, Ini Alasannya

Sektor properti dinilai masih menjadi salah satu pilihan tepat dalam portofolio investasi unggulan di Indonesia, meski pun mengalami masa perlambatan pertumbuhan pada 2014.
Investasi di properti mesti diimbangi dengan proporsi investasi di sektor lainnya. /Bisnis.com
Investasi di properti mesti diimbangi dengan proporsi investasi di sektor lainnya. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Sektor properti dinilai masih menjadi salah satu pilihan tepat dalam portofolio investasi unggulan di Indonesia, meski pun mengalami masa perlambatan pertumbuhan pada 2014.

Chairman IARFC (International Association of Registered Financial Consultant) Indonesia Aidil Akbar mengatakan investasi sebagai jaminan bagi masa depan semestinya diletakkan pada setiap jenisnya.

Selain reksadana sebagai investasi yang lebih simpel, ungkapnya, properti menjadi sarana investasi pilihan utama masyarakat Indonesia.

Menurutnya, meski tidak bertumbuh lebih tinggi dibandingkan beberapa tahun sebelumnya, investasi properti masih menjanjikan pengembalian (return) yang menarik.

"Sebagai investasi jangka panjang, investasi properti di beberapa lokasi pun masih menjanjikan, sebab 3-5 tahun terakhir properti bukan lagi naik, tetapi meledak," katanya di sela-sela Sinar Mas Land Financial Workshop bertajuk Investment in Property, Senin (23/6/2014).

Dengan pesatnya pertumbuhan pasar selama beberapa tahun terakhir, Aidil mengakui potensi kenaikan return di sektor ini mengalami penururnan sebab harga properti sudah sangat tinggi.

Kendati begitu, dia menyatakan selama daya beli masyarakat masih ada pertumbhhan harga dan pasar secara umum masih akam terjadi.

"Townhouse yang 3-4 tahun lalu terjual dengan harga Rp1-Rp2 miliar, sekarang masih tetap laku dengan harga Rp2,5-Rp4 miliar. Jadi meski kenaikan sudah mencapai 20% per tahun, tetap ada yang membeli properti," ungkapnya.

Aidil mengingatkan investasi di properti mesti diimbangi dengan proporsi investasi di sektor lainnya, seperti deposito, surat berharga dan emas. Hal tersebut, lanjut dia, hatus dilakukan untuk mengantisipasi siklus perlambatan yang berbeda pada masing-masing sarana investasi.

 "Harus punya masing-masing, tapi prosentasenya saja berbeda sebab ada siklusnya," imbuhnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper