Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minat Investasi Industri Logam Dasar Capai US$12 Miliar

Di tengah pertumbuhan industri logam dasar yang melambat, pemerintah memperkirakan pertumbuhan investasi industri logam dasar di dalam negeri tahun ini bisa mencapai 50% dibandingkan dengan realisasi investasi tahun lalu.nn

Bisnis.com, JAKARTA- Di tengah pertumbuhan industri logam dasar yang melambat, pemerintah memperkirakan pertumbuhan investasi industri logam dasar di dalam negeri tahun ini bisa mencapai 50% dibandingkan dengan realisasi investasi tahun lalu.

Direktur Industri Material Logam Dasar Ditjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Budi Irmawan mengatakan ada peningkatan lebih dari 50% investor yang berminat membangun industri logam dasar di dalam negeri tahun ini.

Berdasarkan catatan Kemenperin, kata Budi, realisasi investasi sektor industri logam dasar tahun lalu mencapai US$8 miliar.

Bila ada peningkatan pertumbuhan investasi sebanyak 50%, artinya investasi yang bisa direalisasikan tahun ini bisa menyentuh angka US$12 miliar.

“Bisa belasan miliar investasinya. Investor yang berminat itu naiknya sampai 50% memang, tetapi yang baru direalisasikan itu sekitar US$1,7 miliar,” kata Budi di Kemenperin, Selasa (10/6/2014).

Meski demikian, tidak sedikit investor yang menyatakan minat tetapi belum dipastikan akan berkomitmen membangun industri logam dasar di dalam negeri.

Sebagian besar investasi ada di bidang industri besi dan baja, pengolahan nikel, bauksit, dan juga industri pengolahan hilir. Untuk investor tembaga masih sulit karena secara bisnis keuntungan yang didapat relatif kecil

Industri hilir banyak yang mau ekspansi karena pasokan baku ada prospek mudah didapat nantinya setelah program penghiliran di hulu berjalan. Hal ini yang menyebabkan mereka mau ekspansi,” tambah dia.

Saat ini, industri logam yang sudah mulai direalisasikan adalah Gunung Garuda melalui anak usahanya PT. Gunung Gahapi Sakti yang investasi US$100 juta di Medan kerjasama dengan perusahaan Tiongkok, Nanjing Steel.

Kemudian, Resteel Industry yang merupakan perusahaan joint venture antara perusahaan besar dari China, PT Shanxi Haixin Iron and Steel Group dengan PT Trinusa Group sudah melakukan ground breaking bulan lalu membangun pabrik baja dengan investasi US$500 juta.

Selain itu, PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) yang menggelontorkan dana US$1 miliar untuk memproduksi SGA dengan kapasitas 1 juta ton/tahun dan akan terus meningkat hingga 2,1 juta ton saat beroperasi pada 2018.

BAI sendiri siap melakukan peletakan batu pertama (ground breaking) pembangunan smelter bauksit menjadi alumina sebelum September 2014.

“Saya lupa apa saja, tetapi sekitar US$1,7 miliar yang sudah terealisasi.”

 Menurutnya, dari perkiraan investasi sekitar US$12 miliar tahun ini, realisasi US$,17 miliar memang tidak terlalu besar.

Hal ini lantaran upaya menahan diri yang dilakukan oleh sejumlah investor akibat kondisi dalam negeri yang sedang ramai oleh hiruk pikuk pemilihan umum. Investor lebih memilih untuk menahan diri menunggu masa pemilu berakhir.

Minat investasi yang tumbuh hingga 50% tidak bisa mendongkrak pertumbuhan industri logam dalam negeri. Budi mengatakan realisasi pertumbuhan industri tahun lalu mencapai 13%, sedangkan tahun ini diperkirakan hanya sekitar 10%-11%.

“Investasi banyak tetapi kan belum realisasi, baru minat. Apalagi saat ini permintaan dunia menurun dan pemerintah sedang goverment pending (realisasi belanja pemerintah telat).”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Riendy Astria
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper