Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Diminta Waspada Inflasi dari Sektor Non-Pertanian

Meski mengklaim stok pangan berada di titik aman menjelang bulan puasa, pemerintah diminta mewaspadai faktor-faktor pemicu inflasi lain yang berasal dari sektor non-pertanian.

Bisnis.com, JAKARTA – Meski mengklaim stok pangan berada di titik aman menjelang bulan puasa, pemerintah diminta mewaspadai faktor-faktor pemicu inflasi lain yang berasal dari sektor non-pertanian.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Lana Soelistianingsih mengemukakan, beberapa momen lain yang terjadi bersamaan dengan datangnya bulan puasa patut menjadi perhatian pemerintah agar inflasi terkendali, misalnya kenaikan TDL.

 “Dampak kenaikan tarif dasar listrik (TDL) itu langsung ke bahan makanan dan makanan cepat saji. Mie instan misalnya, itu harganya terus naik,” kata Lana,Selasa (27/5/2014).

Seperti diketahui, Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan menetapkan kenaikan TDL yang berlaku mulai 1 Mei 2014.

Selain TDL, Lana juga mengingatkan agar pemerintah memperhatikan nilai rupiah. Sejak awal 2014, rupiah berada pada level lemah terhadap dolar.

 “Ini sepertinya berlangsung sepanjang tahun, karena rupiah sekarang demand-nya tinggi, untuk pembayaran utang. Nilai rupiah akan terbantu jika presiden terpilih nanti mampu memberikan optimisme bagi pasar, sehingga banyak investor masuk,” jelas Lana.

 Momen lain yang juga tiba bersamaan dengan bulan puasa yaitu tingginya demand atas transportasi. Hal ini dinilai juga harus menjadi perhatian pemerintah. Pada April 2014, sektor transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami inflasi 0,2% dan menyumbang 0,04% inflasi keseluruhan.

 Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menyampaikan, hingga saat ini inflasi masih terkendali.

Pasalnya, laporan pertanian menunjukkan kondisi bagus, dan distribusi barang produksi akan segera membaik karena Kementerian Pekerjaan Umum (Kemenpu) sedang memperbaiki jalur pantura yang rusak. Ia pun mengaku telah mengingatkan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk mewaspadai inflasi barang-barang non-pertanian.

 Berdasarkan data publikasi BPS, pada April lalu terjadi deflasi yang didorong oleh penurunan harga dan indkes beberapa kelompok pengeluaran yaitu kelompok bahan makanan 1,09% dan kelompok sandang 0,25%. Adapun tingkat inflasi Januari-April adalah 1,39% dan year-on-year sebesar 7,25%.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung mengakui bahwa memasuki bulan puasa, inflasi merupakan tantangan tersendiri bagi pemerintah.

 “Memang ada challenge kita untuk masalah inflasi khususnya pada ramadhan nanti di bulan Juni, Juli, dan lebaran. Bersamaan juga dengan liburan sekolah. Kita tau liburan selalu saja menyebabkan inflasi naik, dan pendaftaran sekolah tahun ajaran baru. Itu juga selalu saja (menyebabkan) terjadinya peningkatan inflasi,” kata CT di kantornya usar Rakor Pangan, Senin (26/5).

 Senin kemarin, CT bersama Mendag M Lutfi dan sejumlah pejabat terkait melakukan Rapat Koordinasi Pangan, membahas kestabilan harga komoditas bahan pokok menjelang bulan puasa. CT dan Lutfi menyampaikan, pemerintah berupaya sekeras mungkin untuk menjaga agar lonjakan kenaikan harga tidak terlalu signifikan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dara Aziliya
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper