Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DAGING UNGGAS: Jelang Puasa, Kebutuhan Naik Hingga 25%

Asosiasi peternak mengestimasi kebutuhan unggas pada pada kuartal III 2014 akan meningkat 25% menjadi 48-50 juta ekor/minggu dari 39-41 juta ekor/minggu pada kuartal sebelumnya.
 Pedagangan daging ayam/Bisnis.com
Pedagangan daging ayam/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi peternak mengestimasi kebutuhan unggas pada pada kuartal III 2014 akan meningkat 25% menjadi 48-50 juta ekor/minggu dari 39-41 juta ekor/minggu pada kuartal sebelumnya.

Perhimpunan Peternak Unggas Nasional (PPUN) menyebutkan, ada dua faktor yang menyebabkan kenaikan kebutuhan unggas nasional, yaitu libur sekolah nasional pada pertengahan tahun dan Hari Raya Lebaran di akhir bulan Juli 2014.

Kalau bulan puasa dan Lebaran, biasanya cuma naik 10-15%, tapi karena tahun ini bareng sama libur anak sekolah, jadi bisa naik sampai 25%, ujar Ketua Umum PPUN Sigit Prabowo kepada Bisnis.com, Minggu (25/5/2014).

Dia mengungkapkan, adanya kenaikan kebutuhan ini tidak akan diiringi oleh kenaikan harga di level peternak lokal. Pasalnya, tutur Sigit, harga pokok produksi (HPP) peternak sudah menyentuh angka Rp19.000/kg, yang diakibatkan tingginya harga pakan ternak yaitu Rp7.000/kg.

Dia menjabarkan, yang patut diantisipasi adalah kelebihan produksi pasca hari besar keagamaan tersebut karena pabrikan besar otomatis mengurangi produksi.

Sebab, jelasnya, 70%-80% produksi unggas ditopang oleh pabrikan besar yang meliburkan pegawainya ketika Lebaran. Karena itu, kata Sigit, pemotongan yang dilakukan oleh pabrikan besar akan terhenti dan membuat stok telur pasca Lebaran akan menumpuk.

Sigit menggambarkan, pabrikan besar harus bertanggung jawab dengan tetap memotong ayamnya agar stok tidak menumpuk pasca Lebaran. Apabila tidak dilakukan, kata Sigit, Kementerian Pertanian harus mendesak pabrikan untuk melakukannya.

Tahun lalu, kelebihan stok pasca Lebaran 2013 benar-benar memukul ekonomi peternak kecil dan butuh 7 bulan sampai April tahun ini sebelum normal lagi. Jangan dibiarkan ekonomi unggas terlalu ekstrem, ujar Sigit.

Tanpa ada kebijakan dari pemerintah terkait untuk mengantisipasi hal ini, tuturnya, maka sangat tidak mengherankan apabila fenomena serupa akan terulang pada tahun ini hingga tahun depan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arys Aditya
Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper