Bisnis.com, MELBOURNE - Penundaan pengoperasian sejumlah pembangkit listrik tenaga nuklir di Jepang membuat harga uranium kian turun akibat sepi permintaan. Bahkan, penurunan harga uranium terdorong ke level terendah dalam 8 tahun.
Tradetech, konsultan industri nuklir yang berbasis di Denver, Colorado Amerika Serikat, mencatat uranium turun sampai US$29 per pon pada 2 Mei 2014, terendah sejak Juni 2005 dan memperpanjang penurunan 2014 menjadi 16%.
Kansai Electric Power Co (9503) dan utilitas lain yang memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan untuk memulai kembali reaktor yang ditutup setelah bencana Fukushima Maret 2011. Alasannya, sebagai regulator nuklir Jepang, mereka berusaha melakukan pemeriksaan keamanan.
Sementara itu produsen uranium dari Australia dan Afrika menutup tambang karena harga turun ke tingkat yang tidak menguntungkan.
Pasokan diperkirakan masih akan melebihi permintaan pada 2014. "Ada terlalu banyak pasokan mengambang di sekitar pasar dan permintaan sangat terbatas," kata David Sadowski, analis dan penasehat keuangan Raymond James Ltd.
Menurutnya, pengoperasian kembali PLTN di Jepang merupakan katalis kunci untuk mendapatkan utilitas agar kontrak jangka panjang dapat dilanjutkan sehingga mampu mengerek harga.Dia mencatat pengiriman uranium rata-rata dibanderol US$33,93 per pon pada 2014.
Angka ini menurun bila dibandingkan dengan dengan pengiriman rata-rata pada 2013 yang mencapai US$38,47 per pon. Bahkan, merosot tajam bila dibandingkan 2010 yang mencapai US$46,27 per pon. Pada 2010 merupakan tahun sebelum gempa bumi dan krisis pembangkit Fukushima Dai-Ichi dan penutupan berikutnya pada reaktor Jepang itu untuk pemeriksaan keamanan.
Di bursa New York Merchantile Exchange, uranium ditutup pada level US$28,40, Jumat (16/5/2014).
Cek Keamanan
Menurut Peraturan Nuklir dari Otoritas Jepang, Kyushu Electric adalah salah satu dari delapan perusahaan yang ditetapkan untuk inspeksi keselamatan pada 17 reaktor PLTN.
Fasilitas yang berbasis di Fukuoka itu akan menyampaikan kembali laporan keselamatan di pabrik Sendai pada Mei 2014, ujar, Hiroki Yamaguchi, juru bicara Kyushu Electric seperti dikutip Bloomberg, Sabtu (17/5/2014).
Akihiro Aoike, Juru Bicara Kansai Electric, mengemukakan pihaknya memerlukan waktu yang lebih panjang untuk melanjutkan PLTN Takahama dan Ohi akibat ulasan standar keselamatan gempa.
Namun, pihaknya tidak menutup kemungkinan untuk kembali mengoperasikan kedua PLTN tersebut.
Padahal, Cantor Fitzgerald LP pada 11 April 2014 mengemukakan akan ada enam PLTN yang dapat dioperasikan kembali pada 2014. Meskipun, negara ini telah meninggalkan tenaga nuklir sejak September, ketika diumumkannya penutupan reaktor untuk dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh.
Tingkat Rendah
Dalam draft laporan energi April 2014, pemerintah Jepang akan kembali memperkuat peran tenaga atom dalam pasokan energi, meskipun ada penentangan publik terhadap PLTN.
Pernyataan itu, meningkatkan optimisme analis untuk rebound harga uranium dengan rata-rata US$52,50 per pon pada 2015.
Morgan Stanley memperkirakan akan ada peningkatan harga 4% menjadi US$38,84 per pon sebagai efek akan dioperasikannya kembali 9 PLTN pada 2014.
Surplus pasokan global uranium akan dipersempit menjadi 4,4 juta pound pada 2014, dari 27,7 juta pada tahun 2013. Hanya saja, pada 2015, justru akan ada kekurangan pasokan mencapai 4,9 juta pada 2015.
Krisis tiga unit di Fukushima memaksa evakuasi terhadap 160.000 orang karena radiasi.
Hasil jajak pendapat pada Maret 2014 yang dilakukan oleh Tokyo Shimbun menunjukkan 69% responden menyatakan PLTN harus dinonaktifkan. Jajak pendapat itu disurvei ke 3.000 orang dengan tingkat respons 58%.