Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah disarankan untuk merevisi kerja sama free trade agreement (FTA) dengan sejumlah negara mitra kerja sama agar defisit neraca perdagagan bisa ditekan.
“Dulu dengan Jerman dan Prancis, kita [Indonesia] surplus, belakangan defisit. Ada apa, mesti perlu dievaluasi,” ujarnya.
Peneliti senior Center of Reform on Economics (CORE), Ina Primiana mengatakan sejumlah FTA menempatkan Indonesia dalam posisi yang dirugikan karena mengalami defisit perdagangan.
“Dampaknya tidak bagus buat perekonomian jangka panjang. Mendingan pemerintah perbaiki dulu necara perdagangan yang defisit,” katanya kepada Bisnis.com, Kamis (15/5/2014).
Dia mengatakan sejumlah kerja sama yang dijalankan a.l. dengan China, Jepang, Korea Selatan, Malaysia dan Thailand yang mengalami defisit perdagangan. Termasuk dengan sejumlah negara Eropa seperti Jerman dan Prancis.
“Dulu dengan Jerman dan Prancis, kita [Indonesia] surplus, belakangan defisit. Ada apa, mesti perlu dievaluasi,” ujarnya.
Dia mengatakan defisit itu disebabkan pemerintah tidak hati-hati dan tidak mempelajari secara mendalam keuntungan jangka panjang perjanjian yang dibuat. Termasuk juga tidak menyiapkan produk Indonesia untuk bersaing dengan negara mitra, sehingga dalam jangka panjang perjanjian yang dibuat merugikan kepentingan nasional Indonesia.
Ina meminta pemerintah jangan terburu-buru membuat kesepakatan jika belum memahami secara detail seluk-beluk dan kebutuhan negara mitra. "Karena hal itu rentan membuat kerugian bagi perdagangan Indonesia di masa mendatang".