Bisnis.com, JAKARTA -- Kisah lama bocornya gula rafinasi impor ke pasar konsumsi diprediksi terulang ketika Badan Urusan Logistik (Bulog) berencana mendatangkan komoditas itu sebesar 328.000 ton.
Hal itu diperparah dengan tidak berdayanya pemerintah dalam mengendalikan peredaran gula rafinasi di pasar konsumen.
"Janji pemerintah untuk mengambil tindakan terhadap pelaku perembesan gula rafinasi, sulit dibuktikan," kata Direktur PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Ismed Hasan Putro, Senin (28/4/2014) malam.
Ismed menuturkan, berdasarkan fakta di lapangan, gula rafinasi impor leluasa dijual di pasar tanpa batasan, sementara pemerintah sampai saat ini juga tidak bertindak.
Langkah impor gula melalui Bulog, katanya, mempertegas bahwa komitmen jangka panjang peningkatan produktivitas dan efisiensi gula nasional hanyalah slogan kosong.
Sebaliknya, jelas Ismed, hal itu justru akan menuai kegagalan karena petani semakin enggan menanam tebu.
Selain itu, paparnya, kebijakan impor di saat stok gula mencukupi akan semakin melebarnya pasar Indonesia untuk gula impor.
"Lantas, ke mana konsistensi komitmen nasional kita untuk berdikari dan berdaulat pangan?" tutur pria yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Perdagangan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ini.