Bisnis.com, JAKARTA - PT Pelabuhan Indonesia I menargetkan pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung dengan nilai investasi sebesar Rp700 miliar selama 18 bulan.
Direktur PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I Bambang Eka Cahyana mengatakan pengembangan tersebut meliput pembangunan terminal curah cair yang bakal melayani pengangkutan hasil perkebunan berupa minyak sawit (CPO).
Dia melanjutkan, skema pengembangan pelabuhan tersebut berupa sinergi antar-Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni antara PT Pelindo I, PT Pembangunan Perumahan (PP) dan PT Wijaya Karya WK) dengan persentase saham 55%, untuk Pelindo I, 35% untuk PP serta sisanya, 15% untuk WK.
“Perusahaan patungan itu bernama PT Prima Terminal Nabati” katanya, Rabu (9/4).
Sebelum memiliki skema tersebut, lanjutnya, Pelindo I membuat matriks yang mengukur keuntungan jika perusahaan milik pemerintah tersebut menggandeng pihak investor asing, BUMN atau membangun tanpa menggandeng pihak lain untuk membangun Kuala Tanjung.
“Hasilnya kami anggap sinergi BUMN yang terbaik. Kalau dengan BUMN, pengerjaan bisa lebih terkontrol dan sebagai mitra mereka tidak mungkin melarikan diri setelah kontrak kerja sama ditandatangi,” terangnya.
Saat ini, lanjutnya, mereka tengah menyusun detail perjanjian konsesi antara Pelindo I dan Kementerian Perhubungan. Rencananya akhir April atau awal Mei 2014, draft konsesi itu sudah bisa ditandatangani.
Menurutnya dalam konsesi tersebut mereka diberi kebebasan untuk memilih mitra pembangunan bahkan bisa dilanjutkan sebagai mitra pengelolaan.
Selain melakukan pengembangan pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung, Pelindo I juga menggunakan skema sinergi BUMN untuk mengembangkan Pelabuhan Belawan Medan.
Dua BUMN yang digandeng adalah PT Wijaya Karya dan PT Hutama Karya yang membentuk sebuah anak perusahaan bernama PT Prima Terminal Peti Kemas.
Porsi saham di perusahaan baru itu, Pelindo I 70%, sedangkan 30% dibagi rata antara dua BUMN konstruksi itu. Total investasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan pelabuhan tersebut menurut Bambang sebesar Rp2,6 triliun.
Ruang lingkup pengembangan pelabuhan peti kemas meliputi pembangunan dermaga sepanjang 350 meter, lapangan penumpukkan dengan kapasitas 400.000 TEUs pertahun, utilitas , peralatan, instalasi teknologi informasi.
Menurutnya pada pembangunan tahap I mereka melakukan reklamasi lapangan penumpukkan seluas 10 ha, yang dibiayai dengaN dana Bank Pembangunan Islam. Sedangkan pembangunan fase II akan menggunakan dana milik PT Pelindo I.
“Tidak hanya itu kami juga melakukan mekanisasi, alat seperti crane di Pelabuhan Malahayati, Aceh serta mengembangkan pelabuhan peti kemas keperintisan di Kijang, Pulau Bintan serta di Sibolga,” katanya.
Solusi Yang Baik
Ketua Himpunan Ahli Pelabuhan Indonesia Wahyono Bimarso mengatakan langkah yang diambil PT Pelindo I patut diapresiasi karena skema sinergi antar-BUMN bisa menjamin pelaksanaan proyek bisa berjalan tepat waktu.
Selain itu, dia juga menilai dengan masuknya pihak swasta meski berlabel BUMN yang sangat mungkin turut dilibatkan dalam operasional pelabuhan, bisa meningkatkan persaingan sehingga meningkatkan kualitas pelayanan kepada pengguna jasa.