Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BARANG MODAL: Kemenkeu Pertimbangan Penurunan Bea Masuk

Kementerian Keuangan mempertimbangkan rencana penurunan bea masuk bagi impor barang modal guna menahan pertumbuhan manufaktur yang kian melempem tahun ini.
Pemangkutan barang impor/Bisnis
Pemangkutan barang impor/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Keuangan mempertimbangkan rencana penurunan bea masuk bagi impor barang modal guna menahan pertumbuhan manufaktur yang kian melempem tahun ini.
 
“Dengan pajak penghasilan [PPh] impor tidak naik maka barang modal tidak lebih mahal. Kalau perlu bea masuk diturunkan, ini bisa jadi pertimbangan,” ujar Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro ketika dihubungi, Kamis (3/4/2014).
 
Sayang dia tidak merinci barang modal seperti apa yang akan diturunkan bea masuknya. Namun, dia mengaku kebanyakan bea masuk barang modal sudah mencapai 0%. Dengan demikian, produksi domestik harus digenjot guna menjaga kebutuhan ekspansi dari industri manufaktur.
 
Di samping itu, Bambang mengkhawatirkan volatilitas nilai tukar rupiah. Menurutnya, sentimen rupiah menjadi perhatian para pengusaha untuk melakukan ekspansi. Adapun, rupiah pada Kamis (03/04) melemah ke level Rp11.324 per US$.
 
Sebelumnya, Menko Perekonomian Hatta Rajasa berharap tren surplus neraca perdagangan terus dijaga, dengan catatan penurunan impor tersebut tidak terjadi impor barang modal. Dia menilai penurunan impor lebih baik diarahkan terhadap barang konsumsi dan bahan baku penolong.
 
Menurutnya, penurunan impor barang modal itu berpeluang memperlambat laju pertumbuhan investasi dalam negeri, dan akan terasa pada 6-12 bulan ke depan. Akibatnya, penciptaan lapangan kerja terancam menyempit.
 
“Jangan sampai tren surplus neraca perdagangan justru mengganggu produktivitas kita ke depan. Kita harus tetap jaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ini tidak boleh jatuh karena kita masih membutuhkan lapangan kerja yang besar,” katanya.
 
Seperti diketahui, penurunan impor bahan baku penolong dan barang modal merefleksikan risiko terkoreksinya laju pertumbuhan ekonomi dan bertambahnya jumlah pengangguran—mengingat sektor industri pengolahan atau manufaktur adalah penyerap tenaga kerja terbesar bersama sektor pertanian.
 
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, impor bahan baku penolong per Februari US$10,55 juta, terpelanting 6,68% dari posisi Januari US$11,30 miliar. Sementara itu, impor barang modal US$2,34 miliar, menyelam 11,02% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper