Bisnis.com, JAKARTA – PT Intermega Sabaku Indonesia mendesak PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) segera membangun kabel listrik bawah laut di Sorong, Papua Barat agar listrik dari pembangkit yang memanfaatkan tenaga gas ikutan sisa pembakaran bertahun-tahun di Lapangan Matoa, Blok Salawati segera bisa di salurkan ke Sorong.
Shana Fatina Sukarsono, General Manager dan Manajer Pengembangan Bisnis Gas Intermega Sabaku mengatakan bila kabel bawah laut tidak segera disambungkan, maka kawasan industri di Sorong tetap akan terancam defisit listrik hingga 24 Mega Watt (MW).
Menurutnya, kabel listrik bawah laut seharusnya sudah harus terpasang agar target operasional pada 2015 tetap tercapai. “Kami menargetkan listrik yang akan mengalir sekitar 10-12 MW untuk industri,” ujarnya, Selasa (2/4/2014).
Technical Assistance Contract (TAC) PT Pertamina (Persero) tersebut memperoleh gas sebanyak 5 million standard cubic feet per day (MMscfd). Dari total perolehan gas itu, 1 MMscfd sudah dipasok untuk Pertamina.
“Sisanya, 4 MMscfd akan kami gunakan untuk listrik,” imbuhnya.
Harga listrik dari pembangkit milik Intermega Sabaku senilai Rp978 / kWh. Pembangkit tersebut memiliki nilai proyek kurang lebih US$10 juta dengan perkiraan harga senilai US$1 juta/ MW, sedangkan nilai proyek pipa gas sebesar US$3 juta.