Bisnis.com, JAKARTA- Wakil Ketua Umum Industri Aromatik, Olefin dan Plastik (Inaplas) Suhat Miyarso mengatakan meski minat investasi di dalam negeri masih tinggi, kemudahan yang diberikan pemerintah Indonesia tidak maksimal bila dibandingkan dengan Thailand. Hal itulah yang membuat produksi Indonesia kalah dengan Thailand.
Saat ini, kapasitas produk petrokimia Indonesia hanya sebesar 3,9 juta ton, sedangkan Malaysia 4 juta ton. Kemudian Singapura 9,8 juta ton dan Thailand 12,1 juta ton per tahun.
“Sangat diperlukan teknologi tinggi, jadi sangat membutuhkan dukungan pemerintah mulai dari insentif fiskal, infrastruktur, dan sebagainya. Kalau di Thailand, listrik, jalan dan infrastruktur disiapkan pemerintahnya,” kata Suhat yang juga Vice President Corporate Relations PT Chandra Asri Petrochemical Tbk di sela-sela acara Konferensi Nasional Inaplas, Selasa (11/3/2014).
Selain itu, industri petrokimia dalam negeri juga masih dihadapkan oleh hambatan-hambatan yang cukup berat seperti harga bahan baku yang tinggi dan harus diimpor, belum ada integritas secara menyeluruh antara idnustri hulu, hilir, dan produk jadi serta biaya utilitas (listrik, air dan gas) yang tinggi.
”Seperti kenaikan listrik yang akan berlaku Mei ini, itu sangat memberatkan."