Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Menguat Dibilang Bukti Pasar Keuangan RI Dangkal, Kenapa?

Penguatan rupiah secara tajam hingga ke level Rp11.478 per US$ dinilai menunjukkan kondisi pasar keuangan RI masih dangkal.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Penguatan rupiah secara tajam hingga ke level Rp11.478 per US$ dinilai menunjukkan kondisi pasar keuangan RI masih dangkal.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Tbk. Destry Damayanti mengatakan apresiasi rupiah hingga 0,86% itu, hanya karena ada arus masuk modal (capital inflow) Rp816,1 miliar di pasar saham sehari sebelumnya, menunjukkan kedangkalan itu.

“Ada inflow segitu saja, swing-nya besar, market-nya bergerak secepat itu. Ini kan tidak sehat. Financial deepening harus terus diperhatikan,” katanya, Kamis (6/3/2014).

Destry tak menampik jika penguatan rupiah ini juga disokong oleh berjalannya transaksi valuta asing melalui pasar uang antarbank (interbank money market). Sebelumnya, suplai valas didominasi oleh bank sentral.

Meskipun demikian, volatilitas rupiah yang tinggi mengacaukan perencanaan bisnis yang telah disusun.

Apalagi, dari sisi ekspor, apresiasi yang terlalu tajam akan membuat produk Indonesia menjadi kurang kompetitif. Ditambah lagi dari sisi impor, penguatan rupiah akan memicu peningkatan impor barang konsumsi.

Memang, Bank Mandiri sejauh ini menghitung nilai fundamental rupiah ada di kisaran Rp10.900-Rp11.500 per dolar AS. Namun, dengan catatan suhu politik tak bergejolak jelang dan sesudah Pemilu serta tidak ada tekanan global berarti.

Destry mengingatkan adanya risiko penurunan jika Pemilu dan kondisi global berjalan tak sesuai ekspektasi. “Misalnya, tiba-tiba ada masalah dengan politik, kemudian the Fed tiba-tiba mempercepat tapering off. Ini kan bahaya, rupiah bisa tiba-tiba swing karena ada ketidakpastian,” tuturnya.

Masalah prospek transaksi berjalan pun masih menjadi perhatian pasar meskipun mulai menunjukkan perbaikan dengan penyempitan defisit menjadi 1,98% terhadap PDB pada kuartal IV/2014.

Menciutnya defisit akhir tahun membuat transaksi berjalan 2013 secara keseluruhan US$28,4 miliar. Angka itu pun di bawah prediksi banyak pihak yang sebelumnya menyebutkan defisit berkisar US$31 miliar-US$32 miliar. Angka itu menyebabkan rasio defisit transaksi berjalan terhadap PDB 2013 hanya 3,26%, lebih rendah dari prediksi 3,5%. 

Meskipun demikian, pasar masih melihat apakah current account deficit 2014 akan makin menyusut ke 2,5% dari PDB, sesuai dengan proyeksi pemerintah dan BI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper