Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Kendala Industrialisasi versi Kadin Indonesia

Masalah struktural menjadi kendala utama proses industrialisasi nasional saat ini. Indonesia juga mengalami kendala lain seperti masalah produktivitas tenaga kerja, perburuhan dan peraturan perburuhan.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Suryo Bambang Sulisto (kiri) bersama Ketua Lembaga Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Ekonomi Kadin Didik J. Rachbini (kanan) menyampaikan evaluasi perekonomian Indonesia di Jakarta, Senin (27/1). Evaluasi Kadin bertema Catatan Awal Tahun : Kepemimpinan Ekonomi Baru 2014 tersebut diantaranya membahas harapan dunia usaha pada kepemimpinan baru dan rekomendasi kebijakan ekonomi pemerintah yang akan datang. /bisnis.com
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Suryo Bambang Sulisto (kiri) bersama Ketua Lembaga Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Ekonomi Kadin Didik J. Rachbini (kanan) menyampaikan evaluasi perekonomian Indonesia di Jakarta, Senin (27/1). Evaluasi Kadin bertema Catatan Awal Tahun : Kepemimpinan Ekonomi Baru 2014 tersebut diantaranya membahas harapan dunia usaha pada kepemimpinan baru dan rekomendasi kebijakan ekonomi pemerintah yang akan datang. /bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengatakan masalah struktural menjadi kendala utama proses industrialisasi nasional saat ini.

"Proses industrialisasi Indonesia menghadapi kendala struktural, misalnya infrastruktur, termasuk penyediaan lahan untuk pembangunan infrastruktur, kecukupan pasokan energi, pelayanan birokrasi, serta proses perijinan panjang dan mahal," kata Suryo Bambang Sulisto dalam Raker Kementerian Perindustrian 2014 di Jakarta, Kamis (6/2/2014).

Menurut Suryo, Indonesia juga mengalami kendala lain seperti masalah produktivitas tenaga kerja, perburuhan dan peraturan perburuhan, sehingga Indonesia tidak punya pilihan lain selain ikut serta dalam ekonomi bebas.

Namun, dia mengingatkan bahwa pasar bebas menganut prinsip yakni yang kuat yang mampu bertahan, sehingga Indonesia perlu memastikan perekonomiannya kuat saat berlangsung pasar bebas ASEAN.

"Pengertian perekonomian kuat disini bukan lagi perekonomian yang menjadi benteng untuk bertahan dari unsur eksternal. Namun bisa mandiri membangun secara internal," ujar dia. Suryo juga mengatakan bahwa proses industrialisasi tidak mungkin dilakukan satu sektor atau satu kementerian saja. Diperlukan integrasi kebijakan secara menyeluruh, antarsektor, antarstakeholder, antardaerah.

"Saat ini integrasi yang belum terbangun itu menyebabkan Indonesia lamban menangkap peluang dan merespon kebijakan global. Dalam hal ini Kementerian Perindustrian memegang peran sentral," kata dia.

Suryo menggarisbawahi bahwa industrialisasi merupakan proses perubahan sosial suatu negara menjadi lebih modern. Industrialisasi dalam sebuah negara umumnya diawali dengan tumbuhnya pabrik-pabrik alat berat, mesin-mesin dan bahan baku.

Dia mencontohkan pada abad 20 Korea dan China telah memulai membangun industri dasar berupa industri berat yang kemudian menghasilkan bahan baku kapal, baja dan peralatan lain.

Sedangkan Taiwan memulai industrialisasi dengan dinamisasi perusahaan kecil dan menengah yang dipupuk menjadi skala besar.

"Sekarang bagi Indonesia untuk memulai industrialisasi itu tidak mudah, namun tetap harus kita mulai. Tantangannya adalah dengan mendapatkan teknologi yang kita perlukan, karena teknologi sarana strategis untuk melindungi perekonomian," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper