Bisnis.com, JAKARTA - Satu lembaga yang membidangi ekonomi petani menilai langkah pemerintah dalam menghadapi dampak bencana tidak menyelesaikan masalah, sekali pun situasi luar biasa seperti ini seringkali terjadi.
Pandu Tani Indonesia (Patani) menganggap, langkah pemerintah yang mengeksekusi program bantuan sosial (bansos) dan mengeluarkan bibit cadangan di situasi saat ini hanyalah pencitraan, tidak menyelesaikan masalah, dan bukan terarah pada pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian.
Padahal, sebagian infrastruktur seperti irigasi dan kemudian akses pertanian lain mengalami kerusakan yang cukup parah.
“Mestinya harus ada langkah yang luar biasa, extraordinary, seperti revitalisasi irigasi, memperbaiki infrastruktur di perdesaan, membangun akses angkutan dan transportasi antarpulau,” tutur Direktur Utama Patani Sarjan Tahir kepada Bisnis, Selasa (4/2/2014).
Padahal, tambahnya, dengan adanya bencana yang merata di seluruh Indonesia seperti sekarang ini, pemerintah bisa menempatkan prioritas pembangunan kepada petani sebagai menjadi salah satu pihak yang paling hebat terkena dampak bencana alam.
Terkait impor beras yang baru saja geger belakangan, Tahir juga menjelaskan bahwa impor beras adalah cerita lama. Dia memaparkan, importir beras cukup cerdik untuk membaca kekosongan stok beras nasional, baik karena belum musim panen atau karena bencana. Hal ini juga yang menurutnya ikut memukul perekonomian petani.
Oleh karena itu, tambahnya, peran Bulog sebagai penyangga pangan nasional harus berfungsi. Selain itu, tutur Tahir, pengawasan terhadap ratusan pintu tikus di perbatasan dan penciptaan sentra ekonomi yang efektif adalah jalan keluar menghadang impor bahan pangan ini.