Bisnis.com, BANDUNG – Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanlut) Jawa Barat mengklaim ketersediaan ikan bandeng masih aman, meski banyak tambak di kawasan Pantura terkena bencana banjir cukup besar.
“Stok jenis ikan bandeng premiun sudah dipersiapkan 1-2 tahun lalu, dengan tingkat pemeliharaan yang tinggi," kata Kasi Sarana dan Prasarana Diskanlut Jabar Iwan Dwipa kepada Bisnis.com, Rabu (29/1/2014).
Dia menyebutkan rata-rata produktivitas ikan bandeng di Jabar mencapai 6 kwintal - 1 ton per hektare per musim. Areal budidaya bandeng di kawasan Pantura mencapai 75.000 ha.
Dia menjelaskan dua kelompok pembudi daya ikan bandeng. Pertama, pembudidaya dengan modal besar, yang mampu menghasilkan bandeng kualitas premium.
Kedua, pembudi daya ikan bandeng secara umum yang panen setiap 6 bulan sekali dengan kualitas ikan cenderung kecil bentuk tubuhnya dibandingkan dengan ikan bandeng premium.
Sehingga meski kawasan Pantura terkena dampak bencana banjir cukup besar mengakibatkan tambak bayak yang terendam, tidak berpengaruh besar terhadap produksi ikan bandeng.
Akan tetapi, banjir yang melada kawasan Pantura di luar dugaannya yang berdampak cukup besar terhadap harga di konsumen. Pihaknya pun saat ini hanya bisa mendata saja.
Di pasar Cihaur Geulis Kota Bandung, harga ikan bandeng melejit 16% dari 1 harga pekan lalu. Masmudin, pedagang ikan basah di pasar Cihaur Geulis, mengatakan saat ini harga ikan bandeng Rp28.000 per kg, sedangkan 1 minggu lalu Rp24.000 per kg.
"Permintaan cukup banyak tetapi pasokan berkurang," ujarnya. Dia mengungkapkan banjir di sebagian kawasan Pantura menjadi penyebab seretnya pasokan.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jawa Barat Ono Surono mengatakan banjir di Pantura mengakibatkan sejumlah nelayan tambak merugi. “Bahkan, nelayan pun tidak bisa melaut akibat cuaca yang tidak mendukung,” katanya.
Dai menjelaskan akibat banjir dan cuaca ekstrem sejak beberapa minggu ini membuat pihaknya kesulitan untuk mencari solusi. Karena hingga saat ini pemerintah belum mendistribusikan bantuan.
Ono mengatakan banjir yang melanda Pantura kali ini merupakan yang terparah sejak tiga puluh tahun terakhir. Bahkan, kerugian mencapai ratusan miliar. (Adi Ginanjar Maulana/Wandrik Panca)