Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hilirisasi Rumput Laut Dikhawatirkan, Ada Apa?

Hilirisasi rumput laut perlu direncanakan lebih matang agar industri dalam negeri tidak justru layu sebelum berkembang.
 Budi Daya Rumput Laut/Antara
Budi Daya Rumput Laut/Antara

Bisnis.com, LAMPUNG TIMUR - Hilirisasi rumput laut perlu direncanakan lebih matang agar industri dalam negeri tidak justru layu sebelum berkembang.

Asosiasi Rumput Laut Indonesia  (ARLI) menilai langkah itu perlu waktu karena industri dalam negeri masih menemui beberapa kendala, utamanya daya saing yang masih rendah jika dibandingkan dengan industri luar negeri.

"Daerah membuat aturan dalam rangka Pendapatan Asli Daerah (PAD) tetapi sering menghambat ekspor dan biaya tinggi," ujar Ketua Umum ARLI Safari Azis Bisnis.com, Kamis (23/1/2014).

Safari mengungkapkan, saat ini perizinan bagi Industri pengolahan rumput laut yang beroperasi cenderung disulitkan karena setidaknya harus memiliki 14 macam surat izin yang dikeluarkan oleh antar Kementerian/lembaga yang berbeda-beda sehingga menyebabkan biaya tinggi dan tidak efisien.

Pemerintah, lanjutnya, perlu memikirkan bagaimana agar pelaku usaha baik nasional maupun internasional tertarik untuk berinvestasi dan membangun Industri.

“Kita harapkan industri rumput lautnya jalan, ekspornya juga tetap jalan,” ujarnya.

Safari menerangkan, kondisi sekarang ini penyerapan rumput laut oleh industri nasional baru mencapai sekitar 30% dari produktivitas, sementara ekspor rumput laut yang belum diolah masih banyak dibutuhkan oleh pihak luar sebagai produk pengenyal, pengemulsi, penjernih dan sebagai bahan penunjang meski harga pasaran internasional yang cukup tinggi.

Sampai Oktober 2013, ekspor rumput laut Indonesia mencapai 147.052 ton senilai US$132, 48 juta.

 “Industri dalam negeri terkadang mengeluh dengan tingginya harga bahan baku, sehingga sulit bersaing dengan para pelaku ekspor. Oleh karena itu, perlu dibangun pasar dalam negeri agar hasil olahan ekspor bisa bersaing dari segi harga dan kualitasnya,” jelas Safari.

Supaya berdaya saing, ujarnya, industri rumput laut perlu memiliki kejelasan sistem, mulai dari pembudidayaannya, sistem bahan baku, perdagangannya, logistik hingga perizinan industrinya.

“Kami meminta pada pemerintah supaya dibuatkan Road Map atau Blue Print yang disepakati oleh stakeholder agar regulasi dan strateginya tepat dan membuat industrinya juga berdaya saing,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Arys Aditya

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper