Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jumlah Pewaralaba Nasional Masih Minim

Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) memperkirakan jumlah pelaku usaha nasional yang mampu mengembangkan bisnis waralaba pada tahun ini masih relatif minim atau berada di bawah lima usaha.

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) memperkirakan jumlah pelaku usaha nasional yang mampu mengembangkan bisnis waralaba pada tahun ini masih relatif minim atau berada di bawah lima usaha.

Ketua AFI Anang Sukandar mengatakan kalau pun ada pelaku usaha yang menjalankan bisnis dengan sistem kemitraan, biasanya lebih mengarah pada business opportunity (BO) daripada usaha yang murni waralaba.

“Model kemitraan business opportunity masih akan sangat berkembang tahun ini, tetapi yang benar-benar menjadi waralaba, saya rasa masih sangat minim, sama seperti tahun-tahun sebelumnya,” ucapnya dihubungi Bisnis.com, Minggu (19/1/2014).

Anang mengatakan pelaku usaha yang sudah memiliki Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW) pun belum tentu dapat dikategorikan sebagai bisnis waralaba. Persoalan terbesar yang sulit untuk dipenuhi terutama pada syarat keunikan usaha.

Keunikan yang dimaksud, menurutnya, tidak bisa hanya didasarkan pada waktu usaha yang bisa dibuka 24 jam, antar jemput produk, atau memiliki cita rasa istimewa. Sebab, hal tersebut menurutnya bukan keunikan tetapi hanya kelebihan yang bisa dilakukan oleh siapa saja.

“Bisnis waralaba itu harus memiliki keunggulan dan keunikan yang sulit ditiru dan menjadi ciri khas, tetapi masih banyak pelaku usaha yang sudah punya STPW belum memenuhi syarat itu sehingga sulit disebut sebagai waralaba,” tuturnya.

Berdasarkan analisis data berdasarkan penerbitan STPW sampai 13 Desember yang dihimpun Kementerian Perdagangan dari 125 perusahaan waralaba yang telah mendapatkan STPW, pemberi waralaba dalam negeri hanya 2,4% atau sekitar 3 pelaku usaha, sedangkan pemberi waralaba luar negeri menguasai hingga 60%.

Bila dilihat dari jenis bidang usaha, jumlah waralaba makanan/minuman merupakan yang terbesar (49,6%), Diikuti oleh ritel (24%), dan pendidikan (20,8%). Bidang-bidang tersebut sebagian besar masih dikuasai oleh produk bermerek asing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dewi Andriani
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper