Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja neraca perdagangan Indonesia pada September 2013 diprediksi surplus seiring meningkatnya harga komoditas dan kinerja ekspor.
“Ada beberapa tanda yang menggembirakan. Itu terlihat dari harga komoditas ekspor utama. Bahkan meningkatnya ekspor ke sejumlah negara di Asia a.l. China, Singapura, Thailand, Korea Selatan dan Taiwan,” kata Ekonom PT Bank Danamon Tbk. Anton Gunawan, Rabu (30/10/2013).
Dia menjelaskan perkiraan tersebut juga didorong dari penurunan kinerja perdagangan impor seiring dengan melambatnya kegiatan ekonomi Indonesia. Kendati demikian, lanjutnya, tekanan impor masih ada akibat pengamanan pasokan bahan pangan.
Anton berharap adanya perbaikan ekonomi lanjutan dari mitra dagang utama Indonesia seperti China dan AS. Seperti diketahui, pertumbuhan China pada kuartal III/2013 meningkat hingga 7,8% seiring dukungan dari stimulus pemerintah.
Destry Damayanti, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk memperkirakan neraca perdagangan pada periode September akan mencatatkan surplus sekitar US$28 juta seiring meningkatnya volume ekspor.
“Kami memperkirakan kinerja ekspor per September 2013 secara tahunan (year on year) naik 2,1%, sedangkan kinerja impor hanya naik 1,3%. Adapun impor barang modal dan bahan baku diperkirakan masih dalam tren penurunan,” jelasnya.
Kendati demikian, perkiraan surplus neraca perdagangan tersebut lebih kecil dibandingkan dengan bulan sebelumnya US$132,4 juta. Destry berpendapat tingginya surplus pada Agustus tersebut lebih dikarenakan faktor musiman.
Sementara itu, Lana Sulistyaningsih, ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia memperkirakan neraca perdagangan per September 2013 justru akan mengalami defisit US$253,8 juta. Kendati demikian, dia berharap neraca perdagangan bisa surplus. “Saya bukan pesimis. Namun, karena pada September kinerja perdagangan sudah kembali normal, sementara surplus pada Agustus cuma sementara,” jelasnya.