Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha furnitur mengkhawatirkan kekurangan bahan baku kayu dalam negeri di tengah berkembangnya industri mebel yang rerata tumbuh 14% per tahun.
Sekjen Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) Abdul Sobur mengatakan hingga kini belum ada kebijakan yang mengatur tentang kewajiban menanam kayu keras untuk furnitur sehingga dikhawatirkan bahan baku dari hutan alam semakin berkurang.
"Selama ini yang ditaman adalah kayu untuk bahan baku bubur kertas, karena penanaman kayu keras memang butuh waktu yang lama," katanya di sela-sela pameran furnitur, di Kantor Kemenperin, Selasa (29/10/2013).
Ketersediaan rotan di Indonesia yakni sekitar 125.000 ton/tahun untuk rotan basah, dan rotan kering 70.000 ton/tahun yang banyak ditemukan di Sulawesi dan Kalimantan.
“Ketersediaan rotan masih aman, tapi kayu ini yang rawan,” imbuh Sobur. Di tengah gencarnya industri furnitur untuk mencapai target ekspor US$5 miliar hingga 2018, katanya, masih banyak tantangan yang dihadapi pengusaha ini.
Di antaranya, belum berkembangnya industri pendukung seperti engsel dan aksesoris, belum berkembangnya sumber daya manusia di bidang desain, serta infrastruktur dan energi.
Meski begitu, katanya, industri furnitur ini diyakini masih memiliki peluang dan potensi lain seperti desain dengan ciri khas etnis lokal, dan tren green lifestyle.