Bisnis.com, JAKARTA—Komite Ekonomi Nasional menyebutkan perbaikan dari sektor jasa diyakini dapat menjadi langkah yang tepat bagi pemerintah pada saat ini guna mengurangi tingginya defisit transaksi berjalan.
“Secara total, potensi kontribusi sektor jasa bisa mencapai US$10 miliar. Saya kira sektor ini lebih gampang dan cepat dibandingkan dengan sektor lainnya,” ujar Avilianni, Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN), dalam seminar Outlook Economics 2014, Kamis (10/10/2013).
Dia menjelaskan sektor perdagangan belum bisa berbuat banyak terhadap ekspor karena masih bergantung terhadap komoditas tambang.
Sedangkan kontribusi sektor industri masih memerlukan waktu untuk mampu meningkatkan kontribusinya.
Berdasarkan laporan dari Bank Indonesia kuartal II/2013, total nilai transaksi jasa tercatat defisit US$3,07 miliar, naik 10% dari US$2,76 miliar.
Transaksi jasa tersebut, a.l terdiri atas transaksi jasa ekspor sebesar US$5,62 miliar dan transaksi jasa impor US$8,69 miliar.
Aviliani mengungkapkan setidaknya ada empat rekomendasi yang dapat meningkatkan kontribusi transaksi jasa terhadap defisit transaksi berjalan a.l pertama, para turis domestik yang berwisata ke luar negeri dikenai fiskal yang tinggi guna mengurangi dana keluar (capital outflow).
Kedua, meningkatkan jasa kapal domestik dalam aktivitas ekspor impor. Menurutnya, saat ini jasa kapal dari perusahaan-perusahaan asing masih tinggi, meski terdapat instruksi presiden Nomor 5/2005 guna meningkatkan industri pelayaran nasional.
Ketiga, menggenjot perusahaan reasuransi. Aviliani menilai jasa reasuransi nasional masih kalah dari perusahaan reasuransi asing. Alhasil nilai premi asuransi yang keluar cukup besar. Keempat, transaksi yang terkait waralaba.
Dia menilai pemerintah diharapkan memberikan insentif terhadap waralaba dalam negeri, dan memberikan pajak yang tinggi terhadap waralaba asing. Dari perlakuan tersebut, lanjutnya, dapat mengurangi seseorang untuk mendirikan waralaba asing.
Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri Suryo Bambang Sulisto mengatakan setidaknya ada lima sektor industri di Indonesia yang cukup berpotensi untuk ditingkatkan a.l infrastruktur, energi, bahan pangan, industri hilir dan industri jasa.
“Peluang kehilangan kontribusi (oppotunity loss) dari sektor jasa cukup besar, misalnya dari kesehatan. Warga Indonesia ternyata menghabiskan US$3 miliar per tahun untuk memeriksa kesehatan di Singapura. Seharusnya, peluang ini harus bisa kita manfaatkan,” jelasnya.
Oleh karena itu, dia berharap pemerintah mampu mengeluarkan kebijakan yang mendukung peningkatan infrastruktur dan sistem edukasi dalam negeri. Suryo optimistis pertumbuhan ekonomi akan lebih baik apabila hal tersebut segera dilakukan. (ra)