Bisnis.com, JAKARTA - Selama 10 tahun belakangan, Republik Rakyat China mempelajari bisnis di Indonesia melalui kerja sama perdagangan.
Kini, China mulai berani memasuki era baru dengan memberanikan diri berinvestasi besar di Indonesia. Apa yang membuat China begitu berani?
Bisnis berkesempatan melakukan wawancara dengan Wakil Ketua Hubungan Kerjasama Ekonomi Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Komite Tiongkok (KIKT) Adi Harsono.
Bagaimana pandangan Anda mengenai kerjasama antara China-Indonesia ini?
Saya pikir ini momentumnya bagus sekali. Ekonomi Indonesia mulai membaik, begitu juga dengan China, juga mulai membaik. Pertumbuhan mereka rendah tapi positif, ekspornya membaik, ekspor Indonesia September juga sudah surplus, saya kira kunjungan mereka bagus sekali untuk kedua negara.
Menurut Anda, kerjasama di sektor apa yang harus lebih cepat direalisasikan?
Kemarin sudah dibicarakan akan membentuk Bank Asia dan Bank Asia akan fokus pada infrastruktur di mana kedua negara setuju, China akan sediakan cadangan devisa US$15 miliar untuk investasi di bidang infrastruktur. Saat ini sebenarnya pembangunan di Indonesia baru dimulai, kita lihat jembatan, kereta api, bandara, pelabuhan, Indonesia sedang giat-giatnya, ini momentum yang tepat.
Kerjasama di bidang pembangunan smelter juga banyak, apa yang menjadi alasan China?
Menurut UU No.4/2009 tentang Minerba, pada 2014 Indonesia tidak boleh lagi mengekspor bahan mentah, jadi harus mengekspor bahan mineral yang bernilai tambah. Mereka sadar dan kita ingin mereka investasi di bidang pembuatan pabrik pabrik agar ada nilai tambah bahan baku kita.
Melihat karakteristik China, apakah mereka benar-benar berkomitmen untuk merealisasikan perjanjian bersama ini?
Kalau dilihat selama 9 tahun, selama ini kita sudah bolak-balik ke sana, kita coba berusaha meyakinkan mereka. Seharusnya mereka sekarang bisa lebih berkomitmen, 9 tahun mereka menjajaki Indonesia, mereka belum bermain di internasional dengan baik. Selama 9 tahun-10 tahun kerja sama Indonesia-China banyak di perdagangan, tetapi sekarang mereka lebih mengerti Indonesia, mengerti cara berinvestasi.
Bagaimana dengan 9 tahun-10 tahun mendatang?
Akan sangat matang dan nyata. Selama 9 tahun ini mereka telah belajar, dimulai dari yang risikonya kecil, yakni perdagangan. Mereka sudah melihat semuanya, aturan Indonesia, peri laku buruh, iklim, hingga sistem otonomi daerah.
Masih ada fasilitasi perdagangan yang sulit Indonesia tembus?
Kita sangat ketat di industri makanan dan minuman, itu normal. Kemudian, kita melihat China bisa menduplikasi apa pun sehingga mereka akan memperketat aturan dalam negeri. (Foto:indonesiachinatown)