Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia dan China memperkuat kerja sama bidang perikanan mencakup promosi investasi perikanan budi daya dan perikanan tangkap, serta pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.
Kesepakatan kerja sama tersebut tertuang dalam nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) yang ditandatangani Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia Sharif Cicip Sutardjo dan Menteri Luar Negeri Republik Rakyat China Wong Yi.
Penandatanganan MoU tersebut disaksikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden RRC Xi Jinping di Istana Negara, Rabu (2/10).
Sharif menuturkan Indonesia-China pernah memiliki kerja sama serupa namun berakhir pada 2007. MoU ini diharapkan dapat menguntungkan kedua negara.
"Kerja sama ini terkait promosi investasi di bidang perikanan tangkap, perikanan budidaya, serta pengolahan dan pemasaran hasil perikanan," tutur Sharif dalam keterangan pers yang diterima Bisnis, Kamis (3/10).
MoU tersebut juga memuat kesepakatan untuk memberantas praktek penangkapan ikan yang ilegal, unreported, dan unregulated (IUU fishing).
Indonesia-China turut menggagas pertukaran data dan informasi perikanan dengan implementasi Port State Measures (PSM). Kerjasama dalam rangka implementasi PSM telah diadopsi oleh FAO sejak 2009.
"PSM ini terutama terkait data ekspor dan impor produksi perikanan, data pendaratan ikan, registrasi kapal dan data penghapusan sertifikat negara asal kapal atau deletin certificate," ujar Sharif.
Indonesia dan China turut menyepakati kerjasama peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang perikanan. Caranya antara lain memberikan pelatihan kepada awak kapal (ABK) Indonesia yang bekerja di perusahaan joint investor asal China.
Selain itu, capacity building diarahkan untuk meningkatkan penguasaan teknologi penangkapan ikan yang lebih baik dan penanganan mutu ikan di atas kapal.
"Dalam waktu dekat kita harapkan bisa mempercepat pembangunan sektor perikanan melalui program industrialisasi perikanan," kata Sharif.
Melalui MoU ini, Indonesia-China juga menjajaki peluang investasi di bidang industri perikanan tangkap terpadu a.l. investasi pembangunan galangan kapal perikanan di Indonesia.
Penandatanganan MSP Kerja Sama Perikanan RI-RRT mempunyai nilai strategis. Mengingat, kepentingan KTT APEC Summit Leaders 2013 di Bali, MSP ini menunjukan komitmen yang tinggi dari kedua negara, khususnya KKP dalam rangka mendorong perdagangan dan investasi (trade and invesment) di kawasan ekonomi Asia Pasific (APEC).
Berdasarkan data KKP, ekspor produk perikanan asal Indonesia ke China mengalami peningkatan dalam 4 tahun terakhir. Pada 2009, nilai ekspor baru mencapai US$97,03 juta. Kemudian meningkat menjadi US$150,37 juta pada 2010 dan US$220,99 juta pada 2011. Adapun pada 2012 nilainya tercatat mencapai US$284,66 juta dengan volume ekspor sebesar 295.486 ton.
Adapun sepanjang Januari-Juni 2013, nilai ekspor produk perikanan Indonesia ke China melonjak 63,76% dibandingkan periode yang sama tahun lalu akibat meningkatnya ekspor udang dan kepiting. Nilai ekspornya telah mencapai US$210,37 juta.
"China itu juga minta rumput laut untuk bahan baku industri karagenan mereka. Nanti kita mau koordinasi lagi dengan industri mereka," ujar Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Saut P. Hutagalung.