Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pariwisata Dituding Akibatkan Kelangkaan Air, Ini Jawaban Kemenparekraf

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif membantah isu yang menyebutkan pariwisata sebagai salah satu penyebab kelangkaan air, karena tingkat penggunaan air pada industri tersebut paling besar dibandingkan dengan sektor lain.

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif membantah isu yang menyebutkan pariwisata sebagai salah satu penyebab kelangkaan air, karena tingkat penggunaan air pada industri tersebut paling besar dibandingkan dengan sektor lain.

"Isu kelangkaan air bersih ini semakin santer di saat pariwisata tengah diperjuangkan sebagai sarana untuk menyejahterakan rakyat," tegas Sapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Selasa (17/9).

Dia menambahkan sampai saat ini pengembangan pariwisata bahkan dituduh sebagai salah satu penyebab kelangkaan air.

Sapta mencontohkan di beberapa kawasan wisata bahkan telah terjadi konflik terbuka antara masyarakat dan pengusaha pariwisata.

"Konsumsi air yang cukup besar dari industri pariwisata menjadikan orang mudah untuk membuat kesimpulan," katanya.

Menurut dia, itu menjadi masalah yang harus dicarikan jalan keluarnya secara cerdas dan adil melalui tata pengelolaan air agar kebutuhan semua kepentingan terjamin.

Sapta  menambahkan air sebagai kebutuhan dasar manusia harus terjamin ketersediaannya.

"Sedangkan upaya pengembangan pariwisata juga perlu diposisikan sebagai sesuatu yang strategis karena telah terbukti keandalannya dalam menyejahterakan rakyat," katanya.

Data dalam jurnal Tourism Management yang berjudul Tourism and water use: Supply, demand, and security (2011) menyebutkan kebutuhan air city hotel/mountain hotel rata-rata 150 liter/orang/hari sedangkan resort hotel rata-rata butuh 400 liter/orang/hari.

Jika konsentrasi hotel di suatu area cukup tinggi,  boleh jadi tingkat kebutuhan air juga tinggi.

Namun, pakar eko-wisata Prof Azril Azahari Ph.D mengatakan hal itu bisa ditekan dengan teknologi daur ulang yang memungkinkan air limbah dapat digunakan kembali.

"Itu sudah mulai dilakukan para pelaku usaha pariwisata di Indonesia," katanya.

Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Parekraf I Gde Pitana mencontohkan studi kasus pengelolaan pariwisata berbasis air telah berhasil dilakukan oleh BTDC (Bali Tourism Development Coorporation).

"BTDC menjadi contoh terbaik yang dinilai oleh UNWTO, dimana pengelolaan air mereka di lagoon-lagoon mampu melestarikan lingkungan di sekitar. Setelah air limbah ditampung di lagoon-lagoon kini BTDC menjadi habitat burung-burung Australia yang akan bermigrasi ke Asia," kata Pitana.

Tempat itu, tambahnya menjadi tempat singgah migrasi burung tahunan yang sangat fenomenal. (Antara)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper