Bisnis.com, JAKARTA—Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) terus melakukan pengkajian teknologi untuk menyiapkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia. Kendati muncul pro dan kontra terhadpa dampak penggunaan uranium, namun Batan mendorong untuk terus dijalankan.
Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan sesuai amanat dalam UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) menerangkan bahwa PLTN rencananya dibangun pada rentang waktu antara 2015-2019.
Sejumlah pihak memandang teknologi ini membahayakan masyarakat karena masih paranoid terhadap tragedi bom atom Hiroshima dan Nagasaki, meledaknya reaktor nuklir Chernobyl Ukraina ataupun terjangan tsunami pembangkit Fukushima di Jepang.
Djarot mendorong pemerintah untuk terus bergerak mewujudkan PLTN mengingat negara di dunia tetap menggunakan nuklir sebagai sumber energi meskipun beresiko tinggi. Di Amerika Serikat ada 104 PLTN, Prancis 70% energi listriknya dari nuklir, Korea, China, Rusia, dan sejumlah negara eropa terus menggunakan nuklir.
“Mau tidak mau kita harus bergerak untuk memenuhi kebutuhan energi listrik,” katanya dalam media gathering tentang nuklir di Jakarta, Selasa (3/9).
Pada prinsipnya nuklir sama dengan bom atom, tetapi kalau bom atom tanpa menggunakan batang kendali dengan perbandingan 20 gram uranium sama dengan 2,25 ton batu bara.
Oleh karena itu tenaga nuklir ini akan menggantikan energi pembangkit listrik tenaga batu bara, gas bumi dan minyak bumi yang semakin lama habis. (ra)